Tulis Lagu seperti Desain Bangunan
Diastika Lokesworo, Penyanyi yang Juga Arsitek
Di antara sederet solois perempuan Indonesia dengan pesona masingmasing, Diastika Lokesworo hadir membawa nuansa baru. Perempuan kelahiran 11 April 1994 itu datang dari background arsitek. Dia membawakan lagu-lagu yang ditulis sendiri. Yuk, berkenalan dengan pemilik sapaan Dias tersebut...
BERTEPATAN dengan ulang tahun ke-24 pada Rabu (11/4) di SwillHouse The Pallas, SCBD, Jakarta, Dias merilis single terbaru berjudul Kesempatan. Sejatinya, Dias tidak benar-benar baru di kancah musik tanah air. Pada 2016, sulung di antara dua bersaudara itu pernah mengeluarkan album self-titled, Dias, yang berisi sembilan lagu. Semuanya ditulis sendiri saat kuliah di Southearn California Institute of Architecture, Los Angeles, AS.
”Waktu kuliah itu pertama tinggal sendiri, jauh dari mama-papa, kangen. Saya harus melepas emosi, kegalauan, dan kesedihan itu. Jadilah mulai nulis lagu,” cerita si cantik bermata indah yang belajar vokal secara otodidak itu.
Dias tidak bisa memainkan instrumen. Dia lantas membeli ukulele sekitar Rp 200 ribu dan belajar memainkannya untuk mengiringi lagu yang dia buat. Sampai lahirlah sembilan lagu yang merupakan refleksi perasaannya itu. Tidak ada yang tahu bahwa Dias bisa menulis lagu. Sampai kemudian dia mengirimkan kepada sang mama.
”Mama kirim ke temannya, temannya kirim lagi ke kenalannya, sampai lagu-lagu itu terdengar Om Yance Manusama,” tutur putri pasangan Dyakso Lokesworo dan Rika Lokesworo itu. Yance yang merupakan basis legendaris jazz tanah air menawari Dias untuk membuat album bernuansa jazz.
Album tersebut mendapat anugerah Album of the Year dari Jazz Goes to Campus 2016. Dias mencuri perhatian ketika tampil di panggung Java Jazz Festival 2016 bersama Yance Manusama dan Otti Jamalus. ”Itu setelah kelar ujian, minta izin dosen untuk terbang ke Indonesia, latihan sebentar. Setelah perform, langsung balik ke LA. Jadi, nggak sempat jet lag,” kenang Dias.
Setelah merilis album digital itu, pada 2016, Dias kembali melanjutkan pendidikannya. ”Mama-papa nggak kasih izin berkarir di musik kalau belum lulus,” ucapnya, lantas tersenyum.
Saat semester akhir, Dias bergabung dengan sebuah kantor arsitek di LA. Hingga pada November 2017, dia mendapat kesempatan mendesain salah satu studio Warner Bros Theatre di Long Beach, California. Dia menawarkan gambar desain untuk konsep studio yang akan jadi creative hub. Ternyata, idenya disukai. Bangunan itu rencananya masuk tahap pembangunan pada akhir 2019.
Sebelum itu, Dias dipercaya mendesain resor baru sebuah hotel ternama di Nusa Dua, Bali, serta di Gili Meno, Lombok. Sebagai arsitek yang bekerja dalam tim, biasanya Dias-lah yang pertama bertemu dengan klien. Mendiskusikan konsep rancangan yang akan dibuat. Dia menggambar desainnya. Sementara itu, struktur dikerjakan tim sipil.
Antara bidang arsitektur atau menyanyi, Dias suka dua-duanya. Banyak hal yang dia pelajari di arsitektur yang bisa diterapkan dalam bidang musik. ”Saya kalau nulis lagu terstruktur. Ini verse 1, lalu reff, kemudian ada verse 2. Seperti bangunan, ada fondasi, ada struktur, ada atap,” paparnya.
Dias mengonsep sendiri, mulai desain grafis, musik video, hingga pemilihan panggung yang disesuaikan dengan mood lagu. Maklum, dia terbiasa dengan desain. ”Di sisi lain, saat stres dengan kerjaan arsitek,
deadline udah dekat. Saya nyanyi supaya
mood balik semangat lagi,” tutur dia.
Karakter Dias yang simpel dan kalem tampak dalam lagu-lagu maupun karya desainnya. Dias merasakan dua bidang yang dia tekuni itu saling mendukung sehingga akan tetap melakukan keduanya. ”Sebab, passion saya berkarya dan berbagi kreativitas,” ucap Dias yang September nanti melanjutkan S-2 di Harvard University.