Jawa Pos

Lagi, Tiga Orang Tewas karena Miras Oplosan

RSUD dr Soetomo Terima 13 Pasien dalam Lima Hari

-

SURABAYA – Warga Kecamatan Kenjeran dihebohkan tiga kematian yang terjadi secara berurutan. Tiga orang tersebut dikenal sebagai sekawan yang suka minum alkohol di Makam Randu, Kecamatan Kenjeran. Banyak yang mengaitkan kematian mereka dengan pesta miras oplosan di makam tersebut.

Keterkaita­n tersebut menjadi bahan obrolan di rumah duka Cholik di Tanah Merah Gang 3B, Kenjeran. Mereka membicarak­an Cholik yang ditemukan tergeletak tak bernyawa di atas dipan warung giras dekat rumahnya kemarin pagi (24/4). Saat itu, mulut Cholik berbusa dan hidungnya mengeluark­an darah.

”Saya lihat sendiri, Pak Cholik itu pulang Senin pukul 23.30 dalam keadaan mabuk. Lalu, dia kembali keluar setelah cekcok dengan ibunya,” ujar Haerudin, tetangga almarhum.

Cholik yang tinggal berdua dengan Fatonah, sang ibu, dikabarkan sering nongkrong di Makam Randu

Makam tersebut sudah terkenal oleh warga sekitar sebagai tempat pesta miras. ”Wis tak ilingno, lek ngombe iku toak opo bir ngono. Ojok sing bahayabaha­ya koyok oplosan. Tapi, semua tidak mempan,” ujar Endang, warga Pogot, yang juga sering ke Makam Randu.

Sebelum Cholik, ada dua temannya yang meninggal. Yakni, Sujadi alias Bagong yang ditemukan meninggal di kawasan Makam Randu pukul 23.00 Senin (23/4). Sementara itu, juru kunci makam Jiman dinyatakan meninggal di RS Soewandi empat jam sebelumnya.

Sriyati, adik Sujadi, menuturkan bisa menemukan jenazah kakaknya setelah mendapat kabar meninggaln­ya Jiman. Dari kabar yang didengar, mereka baru saja minumminum bersama pada Minggu. ”Saya cari-cari tidak ada, sampai akhirnya saya ke makam. Terus, ketemu Mas sudah posisi tengkurap tak bergerak pukul 23.00 di Makam Randu. Di sekitarnya ada botolbotol plastik,” ujarnya.

Di sisi lain, Ahmad Rifai, menantu Jiman, menjelaska­n bahwa juru kunci itu mengeluhka­n pusing sejak pagi sebelum berangkat ke makam. Pukul 13.00, mereka diberi tahu tetangga bahwa kondisi Jiman di makam sudah lemas.

Keluarga kemudian membawa Jiman ke puskesmas, lalu dirujuk ke RS Soewandi pukul 16.00. Tiga jam kemudian, Jiman dinyatakan meninggal. ”Memang saat meninggal, bapak kejangkeja­ng, lalu ada sedikit busa di mulut. Tapi, tidak bau miras,” ujar Ahmad.

Saat dikonfirma­si, Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak Antonius Agus Rahmanto menyatakan, pihaknya belum bisa mengaitkan kematian tiga orang itu dengan penggunaan miras. Sebab, pihak rumah sakit hanya melakukan visum luar terhadap korban.

Sementara itu, di RSUD dr Soetomo hingga kemarin (24/4) tercatat ada 13 korban yang masuk akibat keracunan alkohol. Mereka masuk melalui instalasi gawat darurat (IGD). ”Itu semua catatan sejak Jumat (20/4). Empat di antaranya sudah meninggal dunia,” ujar Kepala Instalasi PKRS dan Humas RSUD dr Pesta Parulian M.E. SpAn. Tangkap Kakak Beradik

Pengoplos Satresnark­oba Polrestabe­s Surabaya menangkap lagi dua pengoplos miras. Kukuh Siswanto dan Sugeng Maryanto dicokok polisi kemarin siang di kawasan Tambaksari. Kedua tersangka tertangkap saat sedang menimbun 11.460 liter miras oplosan di rumahnya, kawasan Lebak Rejo, Tambaksari.

Kukuh dan Sugeng merupakan kakak beradik. Mereka meracik miras oplosan sejak enam bulan lalu. Racikannya agak berbeda dengan tersangka Soedi yang ditangkap Minggu lalu (22/4). Kukuh dan Sugeng menggunaka­n rumus 1:5. Yaitu, 1 liter alkohol 95 persen dicampur dengan 5 liter air sulingan.

Polisi tak menemukan drum pengoplos dan alat lainnya di rumah kedua tersangka. Petugas hanya menemukan 23 galon air dan 21 kardus berisi botol plastik miras siap edar. ”Mereka pengoplos dan penjual,” kata Kasatresna­rkoba Polrestabe­s Surabaya AKBP Roni Faisal Saiful Faton.

Kedua tersangka menjual miras itu dalam dua botol plastik beda ukuran. Yang berisi 600 ml dijual Rp 20 ribu dan yang berukuran 1 liter dibanderol Rp 50 ribu. Kukuh dan Sugeng dikenai pasal 140, pasal 141 dan pasal 142 UU No 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Ancaman hukumannya bui selama dua tahun.

Jawa Pos menyulutka­n api ke mulut botol miras itu. Api biru sempat muncul sesaat. Namun, ketika dicoba lagi, api tersebut tidak muncul. Aroma miras itu sekilas mirip miras tradisiona­l asal Jogjakarta, Ciu. Namun, jauh lebih menyengat.

Kukuh dan Sugeng mengaku tidak menggunaka­n perisa apa pun dalam mirasnya. Hanya alkohol 95 persen yang didapat dari toko kimia di Jalan Kapas Krampung dan air sulingan. Sama seperti Soedi, Kukuh dan Sugeng tidak pernah meminum sendiri miras oplosan yang mereka buat. Keduanya mengaku tahu barang yang dibuatnya merupakan minuman berbahaya. Hanya, keuntungan yang didapat terlalu menggiurka­n. ”Per botol, baik yang 600 ml dan 1.000 ml, mereka untung 100 persen,” ungkap Roni.

 ?? ZAIM ARMIES/JAWA POS ?? MIRAS DALAM GALON: Kasatresna­rkoba Polrestabe­s AKBP Roni Faisal (kanan) dan Wakasatres­narkoba Kompol Yusuf Wahyudiono bersama dua tersangka kakak beradik pengoplos miras, Kukuh dan Sugeng, di mapolresta­bes kemarin (24/4).
ZAIM ARMIES/JAWA POS MIRAS DALAM GALON: Kasatresna­rkoba Polrestabe­s AKBP Roni Faisal (kanan) dan Wakasatres­narkoba Kompol Yusuf Wahyudiono bersama dua tersangka kakak beradik pengoplos miras, Kukuh dan Sugeng, di mapolresta­bes kemarin (24/4).
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia