Taat Aturan Lahan Depan Pagar untuk Tanaman
Desa Pinge di Pulau Dewata bisa menjadi inspirasi bagi desa-desa di Kabupaten Gresik yang sedang berbenah menjadi desa wisata. Dulu warganya menjadi urban. Sekarang tinggal dan membangun desa.
PEMKAB Tabanan, Provinsi Bali, menangkap potensi istimewa itu. Pada 2004 Desa Pinge, Kecamatan Marga, ditetapkan sebagai desa wisata. Aneka tanaman hias membentang subur di kanan-kiri rumah adat. Udaranya nikmat. Lingkungan bersih, indah, sejuk, dan asri.
Desa berpenduduk 826 jiwa atau 160 kepala keluarga (KK) itu terus berbenah. Yang paling terasa adalah berbenah dalam sikap terhadap lingkungan. Komitmen. Warga Desa Pinge bertekad menjaga lingkungan agar tetap bersih, indah, sejuk, dan asri. Mereka tidak berani.
Mengapa? Sebab, pemerintah desa punya aturan yang unik. Yaitu, dilarang membangun apa saja yang melebihi pagar tembok rumah. ’’Toko, bengkel, atau lainnya,’’ kata Bendesa (Ketua) Adat Pinge Made Denayasa kepada Jawa Pos yang mengunjungi desa itu pada Jumat (20/4).
Aturan tersebut mampu mengubah pemandangan di sepanjang jalan desa. Sebab, sisa lahan depan pagar rumah digunakan sebagai tempat penghijauan. Tanaman apa saja tumbuh. Subur. Warna-warni. Pemilik rumah wajib merawat dan menjaga kebersihan area tempat tinggalnya masing-masing.
’’Baru masuk gerbang desa saja, wisatawan sudah senang. Bersih dan asri,’’ ujar lelaki 67 tahun itu.
Terobosan terus dilakukan. Desa Pinge membagi tiga blok jujukan bagi para wisatawan. Destinasi permukiman, ekowisata, dan agrowisata. Ketiganya dikembangkan.
Jumlah wisatawan terus bertambah. Rumah singgah (homestay) tumbuh subur. Bangunan adat yang elok menghadirkan kenyamanan tersendiri. Kesan sederhana mampu membuat turis betah berlama-lama tinggal di Pinge.
Apa yang terjadi kemudian sungguh mengubah nasib warga desa. Dulu, warga desa yang berjarak sekitar 17 kilometer dari Kota Tabanan itu lebih suka merantau. Mencari pekerjaan ke kota-kota metropolitan di Bali. Sekarang berbeda. Warga desa memilih kembali. Mereka hidup dengan menggarap potensi desa. Mencari rezeki di rumah sendiri.
’’Dulu hidup orang tua kami sangat sulit. Makan nasi tidak bisa setiap hari,’’ ungkap Wayan Dibyo, warga Pinge. Sekarang ekonomi sudah tumbuh. Masyarakat desa semakin sejahtera.
PT Semen Indonesia turut berkontribusi. Kontribusinya berupa beton poros (porous concrete) dan beton cepat kering (flash concrete). Kepala Biro Aktivitas Perusahaan PT Semen Indonesia Sigit Wahono mengatakan, perusahaannya berkomitmen melestarikan alam dan mengembangkan pariwisata serta budaya di Indonesia.(c15/roz)