IHSG Sentuh Level Terendah
BI Beri Sinyal Naikkan Bunga
JAKARTA – Gejolak pasar membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) belum keluar dari keterpurukan. Kemarin (26/4) pasar saham tanah air kembali ditutup di zona merah. IHSG turun 2,81 persen ke level 5.909,198. Itu adalah level terendah IHSG sepanjang tahun 2018 berjalan.
Asing mencatat jual bersih (net sell) Rp 1,31 triliun. Dalam sepekan, asing telah mencatat net sell Rp 5,17 triliun dengan indeks yang menurun sebesar 3,9 persen.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan, ada ketidakpastian yang dirasakan pasar. Antara lain, perang dagang AS dengan Tiongkok dan ekspektasi kenaikan suku bunga dalam negeri. ”Uncertainty masih dirasakan investor meskipun masih ada confidence.
Siapa yang bisa mengatur uncertainty? Yang masih confidence
adalah utamanya pasar modal di Indonesia itu, produknya bagus, emiten bagus,” ujar Tito.
Dia menjelaskan, dana asing pada dasarnya tidak keluar. Hingga kemarin, secara year-on-year
(yoy) dana asing yang keluar dari bursa saham Indonesia sebesar USD 7 miliar. Sementara itu, dana asing justru masuk pasar obligasi senilai USD 8,5 miliar. Artinya, dana dari pasar modal pada dasarnya dipindahkan ke pasar obligasi. Itu disebabkan keyakinan investor yang meningkat sejak Indonesia mendapatkaninvestment grade dari lembaga-lembaga rating ternama seperti Fitch, Moody’s dan Standard & Poor’s (S&P).
Sementara itu, rupiah di kurs tengah BI berada di level Rp 13.930 per USD. Di pasar spot, rupiah berada di level Rp 13.891 per USD. Secara year-to-date (ytd), rupiah telah melemah 2,87 persen (kurs tengah BI). Mata uang USD menguat dan imbal hasil US treasury bertenor 10 telah mencapai angka 3,03 persen, tertinggi sejak 2013. Hal itu menuntut yield surat utang di Indonesia juga naik agar tidak terjadi pembalikan dana ke AS maupun negara-negara maju lainnya.
Analis FXTM Lukman Otunuga mengungkapkan, bursa saham Indonesia tertekan di tengah spekulasi bahwa BI akan meningkatkan suku bunga demi memperkuat kurs rupiah. ”Intervensi BI akan memengaruhi cadangan devisa. Dengan kata lain, intervensi berkelanjutan untuk melindungi rupiah akan semakin sulit apabila USD terus menguat. Walaupun ekspektasi pasar bahwa BI yang akan meningkatkan suku bunga dapat memperkuat rupiah, IHSG sangat dirugikan,” ulasnya.
Sinyal kenaikan suku bunga BI-7DRRR pun terkonfirmasi. ”Apabila tekanan terhadap nilai tukar terus berlanjut serta berpotensi menghambat pencapaian sasaran inflasi dan mengganggu stabilitas sistem keuangan yang merupakan mandat BI, BI tidak menutup ruang bagi penyesuaian suku bunga kebijakan BI-7DRR,” ungkap Gubernur BI Agus Martowardojo.
Pada bagian lain, Menkeu Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, pihaknya akan melakukan langkah antisipasi untuk mencegah dampak depresiasi rupiah terhadap perekonomian.