Sekolah Penampung Harus Ekstrasiaga
SURABAYA – Mata pelajaran (mapel) IPA menjadi penutup ujian nasional berbasis komputer (UNBK) siswa kelas IX kemarin (26/4). Setelah UNBK, siswa kelas IX masih memiliki beban untuk melanjutkan ujian sekolah berstandar nasional (USBN). Bagi sekolah penampung, mereka sibuk mempersiapkan fasilitas untuk ujian siswa dari sekolah lain.
Misalnya, yang terlihat di SMPN 10. UNBK di SMPN 10 berlangsung tiga sesi. Dua sesi pertama diperuntukkan siswa kelas IX SMPN 10 dengan jumlah 374 peserta. Sementara itu, ruang ujian pada sesi ketiga digunakan untuk UNBK siswa dari sekolah lain. Ada delapan sekolah yang nebeng UNBK di sekolah lain. Dua di antaranya, yakni SMP PGRI 22 dan SMP PGRI 44, menggabung di SMPN 10.
’’Semua fasilitas dari kami. Mulai komputer hingga server,” ungkap Wakil Kepala SMPN 10 Sarwiyanto. SMP PGRI 22 maupun SMP PGRI 44 memiliki masingmasing 11 siswa kelas IX. Belum lagi, SMPN 10 termasuk sekolah terbuka dengan 36 siswa. Dengan begitu, total jumlah siswa tambahan yang mengikuti UNBK sesi ketiga di SMPN 10 sebanyak 58 peserta.
Semua komputer yang digunakan merupakan milik sekolah. Setelah UNBK, seluruh fasilitas di SMPN 10 harus tetap disiagakan. Sebab, sekolah yang berlokasi di Jalan Kupang Panjaan V itu menjadi tempat pelaksanaan ujian paket A hingga paket C. Ujian kelulusan paket C berlangsung mulai hari ini (27/4).
Sarwiyanto menjelaskan, SMPN 10 memang menjadi tempat ujian siswa dari sekolah lain. Namun, lanjut dia, pihak sekolah sudah mendesain khusus tata ruang yang digunakan. Jadwal ujian diatur rapi. Siswa dari SMPN 10 tetap diutamakan. ’’Karena itu, kami letakkan di sesi awal,” jelasnya.
Meski begitu, sekolah tetap memberikan fasilitas yang sama untuk siswa sekolah lain. Pihak sekolah berharap siswa sekolah luar bisa mengikuti peraturan yang berlaku di SMPN 10. Misalnya, tetap menjaga kebersihan di area sekolah. ’’Kami sudah berkoordinasi dengan sekolah-sekolah terkait,” tuturnya.