Jawa Pos

Sosialisas­ikan Kepedulian di Perpustaka­an Kampus

-

SURABAYA – Fasilitas untuk penyandang disabilita­s di ruang publik merupakan kebutuhan yang tak bisa ditawar lagi. Bukan cuma yang berbentuk fisik, melainkan juga perangkat lunak. Bentuknya bermacam-macam. Tujuannya, memberikan kemudahan kepada mereka yang membutuhka­n. Misalnya, yang terdapat di Perpustaka­an Universita­s Kristen Petra (UKP).

Fasilitas tersebut sejatinya terpasang di beberapa perangkat komputer Perpustaka­an UKP sejak 2011. Namun, belum banyak yang memanfaatk­annya. Salah satu penyebabny­a, sosialisas­i tentang keberadaan dan manfaat perangkat itu kurang.

Wujud alat bantu tersebut adalah tiga unit komputer berbicara. Ada software yang ditanamkan pada komputer-komputer tersebut. Itu digunakan untuk membacakan teks di layar.

Cara kerja alat bantu tersebut sederhana. Pengguna hanya perlu mengaktifk­an software di toolbar Windows. Langkah berikutnya, mereka hanya perlu membuka file yang ingin dilihat. Ketika file terbuka, pengguna harus menekan tombol insert dan panah bawah. Komputer pun membacakan tulisan di layar. ’’Bukan hanya jurnal, software ini juga bisa digunakan di platform apa pun, website, artikel, dan lain- lain,’’ ujar Gunawan Tanuwidjaj­a, koordinato­r sosialisas­i Unit Layanan Disabilita­s UKP.

Dosen Arsitek UKP itu mengungkap­kan, penyediaan unit disabilita­s di ruang publik merupakan sebuah kebutuhan. Pengelola tidak bisa hanya mempertimb­angkan penting atau tidaknya fasilitas itu. Hal tersebut menjadi keharusan bagi setiap pemilik gedung lembaga yang dibuka untuk umum. Aturan itu diatur dalam UU No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilita­s. ’’Kalau tidak ada, bisa ditegur atau bahkan diberi sanksi berupa penutupan gedung,’’ tegasnya.

Dalam sosialisas­i kali ini, Gunawan mendatangk­an beberapa murid Sekolah Luar Biasa (SLB) Siswa Budi ke UKP. Dia juga mengajak para mahasiswa untuk berpartisi­pasi secara aktif. Mereka kemudian mendapatka­n kebebasan untuk saling berinterak­si. ’’Kami mengajak mereka mengenal sistem isyarat bahasa Indonesia (SIBI), utamanya pada level dasar,’’ ungkap Gunawan.

Berbagai macam bahasa isyarat pun diajarkan kepada mahasiswa. Pertama, mereka diajari caracara untuk memperkena­lkan diri. Selain itu, pemahaman tentang alfabet dan angka dalam bahasa isyarat. Tujuannya, mempermuda­h penyebutan nama.

 ?? DRIAN BINTANG/JAWA POS ?? PEDULI: Tri Fatchu Yusrinawat­i (dua dari kiri) mengajari mahasiswa UKP untuk memperkena­lkan diri dengan menggunaka­n bahasa isyarat.
DRIAN BINTANG/JAWA POS PEDULI: Tri Fatchu Yusrinawat­i (dua dari kiri) mengajari mahasiswa UKP untuk memperkena­lkan diri dengan menggunaka­n bahasa isyarat.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia