Tekanan Rupiah Kerek Inflasi April
BI Optimistis Sesuai Target
JAKARTA – Inflasi April akan dipengaruhi dua faktor utama. Selain bahan pangan berharga labil atau volatile foods, tekanan terhadap rupiah bakal memengaruhi inflasi di bulan keempat tahun ini.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance Bhima Yudhistira menyebutkan, inflasi April akan berada di kisaran 0,2–0,23 persen secara mtm. Menurut dia, pendorong dari volatile foods, antara lain, bawang merah, daging ayam, daging sapi, dan telur ayam. ”Faktor musiman jelang Lebaran membuat permintaan pangan cenderung meningkat,” katanya kemarin.
Selain itu, Bhima menilai bahwa pelemahan kurs rupiah membuat bahan baku impor untuk industri makanan dan minuman naik. Dia pun memproyeksikan tekanan rupiah akan terus berlangsung hingga akhir Lebaran. ’’Sebagian besar ekspor impor juga menggunakan kapal asing sehingga biaya logistik jadi lebih mahal,” ujarnya. Sementara itu, inflasi dari administered price atau harga yang diatur pemerintah cenderung stabil setelah adanya peraturan Kementerian ESDM terkait harga BBM nonsubsidi.
Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) meyakini bahwa realisasi inflasi tahun ini masih berada dalam rentang target yang ditentukan, yakni 3,5 persen plus minus 1. Berdasar hasil survei inflasi BI pada minggu ketiga April ini, besaran inflasi mencapai 0,12 persen. Beberapa komoditas penyumbang inflasi, antara lain, bawang merah, cabai merah, dan bawang putih.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo tetap optimistis inflasi sesuai proyeksi. Dia juga menilai, pertumbuhan ekonomi nasional secara gradual akan terus membaik. Pertumbuhan tersebut dipicu beberapa komponen yang mengalami perbaikan konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Selain itu, investasi dan ekspor masih akan berkontribusi besar bagi pertumbuhan tahun ini.
Project Consultant Asian Development Bank (ADB) Institute Eric Alexander Sugandi memproyeksikan tingkat inflasi April ini berada di angka 0,08 persen (mtm) dan 3,4 persen (yoy). Dia mengungkapkan, adanya masa panen di bulan ini akan membantu menekan inflasi. ’’Namun, tidak terjadi deflasi karena ada pengaruh dari kenaikan harga pangan nonberas, terutama cabai dan bawang. Kemudian, ada dampak lanjutan kenaikan pertalite bulan lalu,” jelasnya.
Terkait pelemahan rupiah, menurut Eric, dampaknya tidak besar. Dia menguraikan, dampak depresiasi rupiah biasanya baru terasa pada sebulan setelah masa pelemahan. ’’Dampak dari pelemahan rupiah terhadap inflasi masih kecil karena biasanya pelemahan rupiah pengaruhnya terhadap inflasi mulai terasa kuat sekitar sebulan setelah pelemahan tersebut,” tuturnya.
Dia memprediksi tingkat inflasi tahun ini akan meleset dari target. ’’Akhir tahun 2018 saya perkirakan inflasi di 4,0 persen year-on-year,” imbuhnya.