Pejuang Pemberani dan Bersahaja Berpulang
SURABAYA – Tembakan salvo terdengar di TMP Mayjen Sungkono kemarin (29/4). Itu merupakan penghormatan terakhir untuk Lettu (pur) Hartoyik sebelum dimasukkan ke liang lahad. Dia merupakan ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Surabaya.
Hartoyik meninggal dalam usia 88 tahun. Menurut Muhammad Khamim, anak kedua Hartoyik di antara sebelas bersaudara, ayahnya meninggal pukul 07.30 di RSAL dr Ramelan. Hartoyik meninggal karena gagal jantung.
Khamim menceritakan, dua bulan lalu sang ayah menjalani operasi kanker amandel. Kemudian, almarhum menjalani kemoterapi setelah operasi.
Kondisi Hartoyik sempat membaik. Itu membuatnya kembali aktif berkegiatan. Suatu saat, sang ayah terjatuh dan saraf bagian belakangnya terjepit. Hartoyik kemudian menjalani tindakan di RSAL dr Ramelan, Surabaya. ’’Operasi berhasil, namun kondisi fisik terus menurun,’’ tuturnya.
Selain ketua LVRI Surabaya, Hartoyik dikenal sebagai bapak inspirasi parade juang. Kegiatan tersebut dilangsungkan setiap memperingati Hari Pahlawan
Di mata teman seperjuangan, bapak sebelas anak itu dikenal sebagai pejuang yang memegang teguh agama meskipun dalam pertempuran.
Anggota Veteran 45 Sukardi Soedarman menuturkan mengenal Hartoyik pada 1946 saat TNI mundur ke daerah Mantup, Lamongan. Dalam situasi yang tertekan tersebut, almarhum merupakan sosok yang pemberani di medan perang. ’’Saya tahu Pak Hartoyik sejak tertembaknya Jenderal Mallaby sampai peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Orange (saat ini Hotel Majapahit, Red).’’ ujarnya.
Dia menambahkan, Hartoyik selalu berada di depan saat pertempuran. Almarhum juga dikenal sebagai prajurit yang bersahaja dan gampang bergaul dengan para tentara.
Februari lalu, Hartoyik berpesan kepada Soedarman untuk menjaga kesehatan dan tidak menuntut pemerintah terkait jasa-jasanya. Menurut Hartoyik, yang penting adalah negara sudah merdeka. ’’Jasajasa kita sebagai amalan kepada negara,’’ katanya.