Semangat Berbisnis untuk Perbaiki Hidung yang Menyempit
Lisa Face-off dan Bisnis Aksesori Handmade (2-Habis)
Ketika perhatian terhadap dirinya mulai berkurang, Siti Nur Jazilah atau Lisa face-off sempat merasa down. Namun, perasaan itu teralihkan ketika dia punya kesibukan. Bahkan, kini dia bersemangat mengembangkan usahanya agar bisa meningkatkan kualitas hidup.
SEJAK memiliki usaha sendiri, Lisa mulai berani tampil di hadapan publik. Deretan orang yang memandangnya dengan rasa ingin tahu jadi makanan sehari-hari bagi Lisa. Dia cuek saja. Dia juga tak peduli jika ada yang membicarakannya. ’’Kalau saya sih tetap aja PD. Cuma, kalau nggak pakai make-up baru ngerasa nggak oke,’’ katanya, lantas tertawa.
Meski bisa dibilang kehidupan Lisa sudah jauh lebih baik, rupanya secara fisik masih ada masalah yang dialami perempuan 34 tahun tersebut. ’’Hidung ini sebenarnya kalau buat napas masih agak sesak ya. Lubangnya menyempit,’’ paparnya. ’’Tetapi, karena sudah biasa, jadi ya nggak terlalu masalah. Yang penting masih bisa hidup lah,’’ sambungnya.
Selain hidung, bagian matanya sedikit ada gangguan. Air mata sering menetes begitu saja tanpa Lisa inginkan. Rupanya, ada penarikan kulit pada wajahnya yang dulu dioperasi. Wajahnya yang masih membutuhkan beberapa perbaikan tersebut juga menjadi salah satu motivasinya untuk memperbesar bisnis.
Ada keinginan di dalam diri agar hidungnya bisa kembali berfungsi dengan lebih normal. Serta beberapa perbaikan lain yang mungkin diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. ’’Saya senang melihat Lisa yang sekarang. Dia itu sosok yang kuat dan tangguh. Belum tentu kalau saya yang mengalami mampu bertahan seperti dia,’’ tutur dr Nalini Muhdi SpKJ (K)
Nalini merupakan salah seorang dokter yang begitu dekat dengan Lisa. Sejak mulai menginjakkan kaki di rumah sakit hingga sekarang kembali ke masyarakat. ’’Pada dua tahun pertama, perjuangan Lisa itu lebih pada fisik. Soalnya kan tindakan yang dijalani saat itu cukup banyak ya,’’ lanjutnya.
Saat itu secara psikologis Lisa juga cukup tertekan, tetapi tidak terlalu tampak. Apalagi, saat itu simpati diberikan begitu besar untuk Lisa. Mulai orang biasa hingga pejabat. Semua memberikan perhatian yang begitu intens. Termasuk berbagai media massa yang tidak pernah sepi memberitakannya.
’’Saya selalu mengibaratkan bahwa pesta belum usai,’’ ujar Nalini. Baru pada tahun ketiga saat berita tentang Lisa mulai surut, perjuangan psikologis Lisa yang sebenarnya dimulai. Bersama Nalini, dia kembali berjuang bangkit untuk menata hidupnya. Jatuh bangun sudah menjadi makanan sehari-hari. Mereka selalu berbagi cerita dan berdiskusi untuk menyelesaikan masalah yang mengganggu pikiran Lisa.
Pendampingan yang dilakukan Nalini pun berbuah manis. Sedikit demi sedikit Lisa yang sempat mengalami down mulai bangkit. Sifat dasarnya yang pantang menyerah dan pekerja keras kembali terlihat. Kepercayaan diri juga mulai tumbuh. Apalagi saat memulai usaha aksesori pada 2009. Semangatnya tampak menggebu.
’’Kalau dibilang putus asa, ya saya juga pernah merasakannya. Termasuk waktu keluar dari rumah sakit juga sempat ada beberapa masalah,’’ ungkap Lisa sendu. Meski tidak mau mengungkapkannya, dari ekspresi wajahnya, terlihat bahwa masalah tersebut cukup mengganggu kehidupannya. Dia harus memulai kembali kehidupan setelah bertahuntahun terbiasa tinggal di rumah sakit. Berinteraksi dengan masyarakat luas.
’’Tetapi, setelah keluar dari rumah sakit, yang saya tanamkan di pikiran adalah semua sudah menjadi tanggung jawab pribadi. Jadi, bagaimanapun caranya harus bisa berjuang sendiri,’’ lanjut Lisa.
Setelah 14 tahun berlalu, sejak kejadian nahas yang merusak wajah cantiknya, Lisa justru merasa semakin dewasa. Dia lebih banyak belajar di dalam kehidupannya. Perjalanan hidupnya yang keras seolah membantunya menemukan jati diri. Seolah dia terlahir kembali menjadi pribadi yang baru.
’’Sekarang saya jadi punya banyak teman dan wawasan,’’ jelasnya. Memang, Lisa sendiri merupakan sosok yang cukup tertutup. Tidak banyak orang yang dia percayai untuk dijadikan teman bercerita. Bahkan, dia mengaku baru mendapatkan sahabat setelah kejadian buruk tersebut. Dia pun mulai menjauhkan diri dari media. Dia tidak ingin lagi kenangan buruk di masa lalunya kembali diutak-atik.
Lisa sempat mengungkapkan kekesalannya soal beberapa media online yang menuliskan kembali kisahnya tanpa melakukan konfirmasi. Hal itu juga sempat membuat Jawa Pos kesulitan untuk mendapatkan kepercayaan Lisa berbagi cerita. Namun, setelah berbalas pesan beberapa kali, Lisa akhirnya tak keberatan berbagi cerita.