Jawa Pos

Ada 2,5 Juta Pemilih Bodong

EC Larang Publik Unggah Kertas Suara

-

KUALA LUMPUR – Pemungutan suara Malaysia tak sampai sepekan lagi. Saat partaipart­ai peserta General Election Ke-14 (GE14) sibuk berkampany­e, lembaga-lembaga pengawas pemilu menyorot keabsahan daftar pemilih. Sementara itu, 751 personel kepolisian yang terdaftar sebagai pemilih via pos memberikan suara kemarin (4/5).

Komisi Pemilu alias Election Committee (EC) menyebutka­n, GE14 bakal diikuti sekitar 15 juta pemilih. Dari jumlah itu, ternyata sekitar 2 juta pemilih tidak beralamat. ”Sekitar 500 ribu yang lain tidak sah karena alamatnya banyak yang kembar.” Demikian bunyi keterangan tertulis badan reformasi pemilu Bersih dan Engage sebagaiman­a dilansir Reuters.

Chan Tsu Chong, salah seorang petinggi Bersih, mengatakan bahwa data EC mencantumk­an tiga toko kecil di kawasan Wangsa Maju, Kuala Lumpur, pada satu alamat. Juga, pada alamat itu, ada 17 pemilih. Padahal, menurut kasir salah satu toko, tidak ada orang yang tinggal di sana. ”Toko ini tidak ada penghuniny­a. Seluruh pegawai dan pemiliknya pulang setelah tutup,” katanya seperti dikutip The Straits Times.

Fakta itu membuat Bersih mempertany­akan keabsahan data EC. ”Sepertinya, ada skenario besar untuk merekayasa suara di kawasan pinggiran seperti ini,” tuduh Chan dalam jumpa pers kemarin. Bagi Bersih dan Engage, EC adalah kepanjanga­n tangan rezim Perdana Menteri (PM) Najib Razak. Karena itu, mereka perlu menyoroti kinerja lembaga yang seharusnya independen tersebut.

Selain pemilih yang tidak beralamat atau alamat yang sama, Bersih dan Engage juga menemukan pemilih yang berusia 121 tahun. Artinya, dia lahir pada 1897. ”Ini perlu ditelusuri kebenarann­ya,” ujar Chan. Sebab, dalam data EC, juga tertera nama sejumlah pemilih yang sebenarnya sudah meninggal dunia. Tapi, nama mereka tercantum sebagai pemilih yang sah.

Namun, Bersih tidak mau menyebut siapa pun sebagai dalang di balik kecurangan tersebut. Apalagi, kecurangan sepertinya hampir selalu terjadi dalam pemilu Malaysia. Kemarin EC tak mau menanggapi laporan Bersih dan Engage. Menurut mereka, dua lembaga tersebut cenderung berpihak kepada oposisi. Karena itu, wajar jika keduanya menjelekka­n EC.

Di Bukit Aman, Kuala Lumpur, pemungutan suara berlangsun­g sejak pukul 08.00 waktu setempat. Pemilu lebih awal itu diikuti para pemilih yang terdaftar sebagai postal voter. Mereka memberikan suara lebih dulu karena bertugas pada hari pemungutan suara 9 Mei. Karena itu, suara mereka yang terkumpul kemarin disampaika­n kepada EC via pos.

Selain polisi, yang terdaftar sebagai postal voter adalah panitia pemilu, aparat militer, awak media, serta para pegawai sembilan lembaga dan departemen pemerintah. Sembilan lembaga dan departemen itu, antara lain, Badan Penegak Hukum Maritim Malaysia, departemen kesehatan, dan departemen imigrasi. Begitu pula staf penjara, pemadam kebakaran, pegawai pertahanan sipil.

Kemarin EC kembali menelurkan kebijakan baru. Tepatnya larangan. Yakni, larangan mengunggah foto kertas suara dan dokumen lain yang terkait dengan GE14 ke dunia maya. Terutama melalui media sosial.

”Itu cara kami untuk menjaga transparan­si dan kerahasiaa­n pilihan rakyat,” kata Sri Mohd Hashim Abdullah, chairman EC. Mereka yang melanggar, imbuh dia, akan dijerat UU Pelanggara­n Pemilu 1954.

 ?? VINCENT THIAN/AP ?? INGIN BERKUASA LAGI: Mahathir Mohamad mengadakan jumpa pers di Putrajaya kemarin (4/5). Ini kegiatan politiknya setelah mundur 15 tahun lalu.
VINCENT THIAN/AP INGIN BERKUASA LAGI: Mahathir Mohamad mengadakan jumpa pers di Putrajaya kemarin (4/5). Ini kegiatan politiknya setelah mundur 15 tahun lalu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia