Pos Jaga Kosong ketika Polis Diraja Nyoblos
KEDAH – Pilihan Raya Umum (PRU) Ke-14 alias General Election (GE) 14 tinggal tiga hari lagi (Rabu, 9/5). Namun, aturan di Malaysia, beberapa kalangan diminta mengikuti pilihan (baca: pemilihan) awal yang berlangsung kemarin
(5/5). Pilihan awal itu dikhususkan bagi tentara dan polisi beserta istri atau suami, pegawai PRU, dan wartawan yang bertugas pada Rabu mendatang.
Menurut aturan Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR) alias KPU-nya Malaysia, pilihan awal dilaksanakan 10 hari setelah penetapan nama atau 3 hari sebelum PRU digelar. Pihak SPR pun menetapkan Sabtu kemarin sebagai hari pelaksanaan pilihan awal tersebut.
Pencoblosan dilaksanakan di markas masingmasing. Pengambilan suara dilaksanakan pukul 08.00 hingga 17.00 waktu setempat
Di beberapa tempat ada yang ditutup pukul 19.00 waktu Malaysia.
Di Kedah, setidaknya 6.313 anggota Polis Diraja Malaysia (PDRM) turut serta pada pemilihan tersebut. Lokasi pengambilan suara menyebar di 41 titik. Mereka sudah diminta datang ke lokasi sekitar 30 menit sebelum pemilihan dimulai.
Bisa jadi, sebagian besar anggota PDRM di Kedah berfokus pada hajat tersebut. Dari pantauan Jawa Pos, polisi yang biasa berada di poros atau ujung jalan kemarin tidak terlihat. Padahal, pada hari biasa polisi menyebar di persimpangan jalan utama di sekitar Kedah.
Kondisi di Kem Sultan Abdul Halim Mu’adzam Shah alias basis tentara Malaysia di Kedah juga demikian. Di pos penjagaan hanya ada empat orang yang berjaga. Dua orang berada di pagar dan sisanya di posko. Pada hari sebelumnya markas Angkatan Tentara Malaysia (ATM) itu dijaga ketat. Lebih dari delapan orang berada di pintu masuk.
Di Balai Bomba Penyelamat (BBP) alias PMK-nya Malaysia juga digelar pemilihan tersebut. Ada 567 anggota yang memberikan suara. Mereka memilih kemarin karena pada Rabu mendatang tidak bisa turut serta. Sebab, ratusan anggota itu harus bertugas jaga di hari H.
Pelaksanaan pilihan awal menjadi berita utama media di Malaysia. Mereka mengulas pelaksanaan pilihan awal di basis militer di negara bagian lainnya. Misalnya di Johor, Selangor, Perak, dan Kelantan.
Pengambilan suara relatif cepat. Pukul 10.00 waktu setempat, sudah 25 persen pemilih yang telah memberikan suaranya. Misalnya yang disampaikan Timbalan Ketua Polisi Kedah Datuk Sahabudin Abd. Manan. Dia mengatakan, pemilih telah berkumpul sejak pagi.
”Mereka langsung memberikan suara sehingga proses pengambilan lebih cepat,” ujarnya. Hasil pemungutan suara itu tidak langsung dihitung. Semua disimpan dan akan dihitung bersama setelah PRU Rabu mendatang selesai.
Pilihan awal dan pilihan pos sempat memunculkan kontroversi. Ada yang menilai pilihan pos bisa menimbulkan kecurangan. Pola pelaksanaan dan pengawasan kurang maksimal. Dikhawatirkan, ada permainan yang memenangkan salah satu pihak, bisa partai pendukung pemerintah atau oposisi. Apalagi, ada indikasi SPR tidak memiliki data pasti jumlah pemilih pos. Karena itu, banyak pihak yang memperkirakan jumlah suara bisa dimanipulasi.
Jawatan Pengarah Eksekutif Ilham Centre Malaysia Hisomuddin Bakar menyatakan, hasil pilihan awal bisa diprediksi. Dia yakin 90 persen pemilih akan mendukung partai pemerintah. ”Sebab, pemilih memberikan suara di depan pimpinannya. Mereka takut dan menjalankan perintah,” katanya.
Dulu pilihan awal dan pilihan pos menjadi satu. Sistem itu sudah menampakkan kecurangan. Kini pilihan pos dibedakan. Jumlah pemilih yang masuk kategori peserta pilihan pos tidak jelas. ”Manipulasi angka bisa dilakukan dengan mudah,” ungkap dia.
Suasana di pilihan awal hanyalah salah satu indikasi dari PRU Malaysia tahun ini yang terbilang istimewa. Jika pada 2013, 2008, dan 2004 hari pemungutan suara selalu jatuh pada akhir pekan, yakni Sabtu atau Minggu, kali ini Rabu. Yang lebih istimewa, ada dua kekuatan oposisi yang bersatu dalam payung Pakatan Harapan (PH).
Bersatunya Anwar Ibrahim dan Mahathir Mohamad dalam satu kubu PH membuat Barisan Nasional (BN) yang merupakan koalisi partai pemerintah (UM NO) harus bekerja keras menjaring suara publik. Apalagi, Partai Islam Se-Malaysia (PAS) memilih jalur sendiri dengan tidak berkoalisi dengan oposisi maupun pemerintah. Suara sekitar 18,7 juta pemilih Malaysia dipertaruhkan tiga kekuatan politik tersebut.