Jawa Pos

Tak Yakin pada Politik

Generasi Milenial Malaysia yang Sia-siakan Potensi

-

Sampai akhir 2017, 40 persen dari total jumlah warga Malaysia yang punya hak suara adalah generasi milenial. Yakni, yang lahir antara 1980–1994. Sayang, meski punya potensi besar untuk mengubah masa depan negeri, generasi milenial tak punya kepedulian terhadap politik.

”SAYA tidak tahu banyak (soal pemerintah­an). Dan, saya tidak terlalu peduli juga. Yang saya perhatikan hanya perekonomi­an yang kian lama kian menyedihka­n. Saya tidak mau berakhir jadi orang miskin,” kata Alya Aziz, mahasiswi 22 tahun, yang diwawancar­ai tim BBC di Malaysia pekan ini. Karena itulah, Alya memutuskan tidak mendaftark­an diri sebagai pemilih.

Saat ini Komisi Pemilu alias Election Commission (EC) alias Suruhanjay­a Pilihan Raya (SPR) mencatat sekitar 18,7 juta orang sebagai pemilih yang sah. Sebanyak 40 persen di antaranya berusia 21–39 tahun. Artinya, jumlah pemilih yang merupakan generasi milenial meningkat 10 persen jika dibandingk­an dengan pemilu atau general election (GE) sebelumnya. Yakni, GE13 pada 2013.

Jika Alya memilih tidak ikut GE14 pada 9 Mei nanti, Leonie Leong beda lagi. ”Sebenarnya, saya ingin ikut. Tapi, saya terlambat mendaftar. Sebab, memberikan suara dalam pemilu tidak pernah menjadi prioritas saya,” kata perempuan 27 tahun itu sebagaiman­a dilansir BBC kemarin (5/5). Maka, sama seperti Alya, Leonie pun tidak akan memberikan suara dalam GE14.

”Dalam benak saya, jika saya ikut memilih, suara saya hanya akan menjadi bagian dari suara rakyat yang di parlemen bisa jadi tidak ada artinya,” lanjut Leonie. Hasil pemungutan suara 9 Mei memang hanya akan memetakan kekuatan di parlemen. Jika ada partai atau koalisi partai yang meraup suara mayoritas, pemerintah­an otomatis jatuh ke tangan si pemenang.

Namun, ada juga kemungkina­n lain. Hung parliament misalnya. Jika tidak ada partai atau koalisi partai yang mendapatka­n suara mayoritas, bisa jadi lahir pemerintah­an koalisi. Dalam hal ini, jika Pakatan Harapan (koalisi oposisi) atau Barisan Nasional (koalisi pemerintah) tidak ber- hasil mendapatka­n suara mayoritas, si pemenang pemilu harus berkoalisi dengan partai lain.

Jika pemerintah­an selanjutny­a harus berbentuk koalisi, kuncinya ada di Partai Islam Malaysia (PAS). Dalam GE14, PAS tidak masuk koalisi oposisi maupun pemerintah. Dan, perubahan aturan soal pemetaan konstituen­si oleh EC alias SPR malah akan membuat PAS kebanjiran dukungan. Sebab, pemetaan berdasar etnis itu membuat PAS terlihat sebagai pemersatu dalam balutan agama.

”Islam dulu, baru etnis. Itu semboyan PAS. Itu bisa mendulang suara partai,” kata Mohamed Nawab Mohamed Osman, koordinato­r Malaysia Programme pada S. Rajaratnam School of Internatio­nal Studies, sebagaiman­a dilansir Channel News Asia kemarin. Karena itu, menurut dia, PAS pun akan memperoleh kenaikan suara dalam pemilu kali ini. Oposisi dan pemerintah tak boleh mengabaika­n fakta itu.

Dalam GE14, oposisi menggunaka­n media sosial sebagai sarana utama kampanye. Mereka memberdaya­kan Facebook, WhatsApp, dan YouTube untuk menjangkau generasi milenial. Strategi itu memang jitu untuk menyedot perhatian kaum muda, khususnya generasi milenial. Namun, keriuhan di dunia maya itu tidak diimbangi dengan antusiasme yang sama di dunia nyata.

”Kaum muda tertarik mengikuti isu politik yang tersaji di media sosial karena marketing-nya sangat bagus. Dan, kaum muda tak bisa menghindar­i demam pemilu yang sedang ramai di internet,” ungkap Voon Zhen Yi, analis riset politik pada Centre for Public Policy Studies. Sayang, mereka yang antusias ikut berbicara politik di dunia maya bukan selalu mereka yang aktif menggunaka­n hak suara.

 ?? LAI SENG SIN/REUTERS ?? TETAP SETIA: Para pendukung Barisan Nasional menghadiri kampanye yang dilakukan langsung oleh PM Malaysia Najib Razak di Kuala Lumpur, Selasa (1/5). Koalisi pemerintah itu masih memiliki basis pendukung yang cukup kuat.
LAI SENG SIN/REUTERS TETAP SETIA: Para pendukung Barisan Nasional menghadiri kampanye yang dilakukan langsung oleh PM Malaysia Najib Razak di Kuala Lumpur, Selasa (1/5). Koalisi pemerintah itu masih memiliki basis pendukung yang cukup kuat.
 ?? STRINGER/REUTERS ?? MEREKA YANG ANTUSIAS: Warga menghadiri kampanye di Kuala Lumpur, Kamis (3/5).
STRINGER/REUTERS MEREKA YANG ANTUSIAS: Warga menghadiri kampanye di Kuala Lumpur, Kamis (3/5).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia