Jawa Pos

Optimalkan Gerakan Literasi Nasional

- FOTO-FOTO: KEMDIKBUD FOR JAWA POS

Pendidikan karakter bangsa bisa diwujudkan melalui pengoptima­lan peran Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang memumpunka­n ketersedia­an bahan bacaan berkualita­s bagi masyarakat Indonesia.

BAHAN bacaan berkualita­s itu dapat digali dari lanskap dan perubahan sosial masyarakat pedesaan dan perkotaan, pelajaran penting dari tokoh-tokoh Indonesia, kuliner Indonesia, arsitektur tradisiona­l Indonesia, serta kekayaan bahasa daerah.

Sebagai Koordinato­r GLN Kementeria­n Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Badan Pengembang­an dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) mengoordin­asikan berbagai kegiatan literasi di unit-unit utama Kemendikbu­d. Selain itu, membangun kemitraan kerja dengan kementeria­n/lembaga dan pemangku kepentinga­n literasi lainnya. Misalnya, dengan Gerakan Literasi Masyarakat (GLM) di Direktorat Jenderal PAUD-Dikmas, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Gerakan Satu Guru Satu Buku (Sagu-Sabu) di Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidik­an, serta Gerakan Nasional Literasi Bangsa (GNLB) di Badan Pengembang­an dan Pembinaan Bahasa melalui penyusunan buku-buku nonteks.

Bahan bacaan yang diolah dari sumbersumb­er tersebut mengandung nilai-nilai karakter bangsa. Antara lain, nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Nilai-nilai karakter bangsa itu berkaitan erat dengan hajat hidup dan kehidupan manusia Indonesia. Yang tidak hanya mengejar kepentinga­n diri sendiri, tetapi juga berkaitan dengan keseimbang­an alam semesta, kesejahter­aan sosial masyarakat, dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sejak 2016 Kemendikbu­d melaksanak­an kegiatan penyediaan buku bacaan nonteks untuk menguatkan GLN. Ada tiga tujuan penting dalam kegiatan tersebut. Yaitu, meningkatk­an budaya literasi baca-tulis, meningkatk­an kemahiran berbahasa Indonesia, dan mengenalka­n kebinekaan Indonesia kepada peserta didik di sekolah serta masyarakat Indonesia.

Pada 2016 kegiatan penyediaan buku tersebut dilakukan dengan menulis ulang dan menerbitka­n cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ditulis sejumlah peneliti dan penyuluh bahasa di Kemendikbu­d. Tulis ulang dan penerbitan kembali buku-buku cerita rakyat tersebut melalui dua tahap penting. Pertama, penilaian kualitas bahasa dan cerita, penyunting­an, ilustrasi, dan pengatakan. Langkah tersebut dilakukan satu tim yang dibentuk Badan Bahasa Kemendikbu­d yang terdiri atas ahli bahasa, sastrawan, ilustrator buku, dan tenaga pengatak. Kedua, setelah selesai dinilai dan disunting, cerita rakyat tersebut disampaika­n ke Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbu­d untuk dinilai kelayakann­ya sebagai bahan bacaan bagi siswa berdasar usia dan tingkat pendidikan. Dari dua tahap penilaian tersebut, diperoleh 165 buku cerita rakyat.

Naskah siap cetak dari 165 buku cerita rakyat yang disediakan pada 2016 telah diserahkan ke Sekretaria­t Jenderal Kemendikbu­d untuk selanjutny­a diharapkan bisa dicetak dan dibagikan ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Selain itu, 28 dari 165 buku tersebut juga telah dipilih sekretaria­t presiden, Kementeria­n Sekretaria­t Negara, untuk diterbitka­n dalam edisi khusus presiden dan dibagikan kepada siswa serta masyarakat penggiat literasi.

 ??  ?? BAHAGIA: Anak-anak antusias membaca buku secara lantang dalam perjalanan ke sekolah di atas perahu menerjang sungai.
BAHAGIA: Anak-anak antusias membaca buku secara lantang dalam perjalanan ke sekolah di atas perahu menerjang sungai.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia