Terus Kembangkan Sekolah Vokasi
HAMID MUHAMMAD
Sekolah vokasi terus digenjot Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). SMK sebagai sekolah vokasi dianggap bisa meningkatkan keterampilan lulusannya. Pekerjaan rumah terus digarap kementerian tersebut. Berikut wawancara wartawan Jawa Pos FERLYNDA PUTRI dengan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud.
Apa yang dilakukan pemerintah untuk mengoptimalkan pendidikan di SMK? Menurut Anda, ke depan, SMK akan seperti apa?
Akan muncul SMK yang mengubah paradigma selama ini. SMK dapat menghasilkan karya yang bisa ditunjukkan dan dipakai untuk industri. Namun, kami, Kemendikbud, tidak bisa kerja sendiri. Sebanyak 219 SMK hanya menjadi contoh. Selebihnya, akan dilakukan kerja sama antara dinas pendidikan provinsi dan swasta agar SMK bangkit.
Apa target konkret yang ingin dicapai?
Target utama dari SMK yang sudah direvitalisasi, 80 persen lulusan terserap dunia usaha dan industri. Sebelumnya, kurikulum tentu harus memiliki koneksi dengan industri.
Salah satu masalah yang dihadapi SMK adalah ketersediaan guru. Bagaimana mengatasi hal itu?
Kalau gurunya kurang, dilakukan program keahlian ganda. Guru kembali disekolahkan untuk memiliki keahlian produktif yang dibutuhkan SMK. P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) sudah menyiapkan gurunya. Kami juga mencari senior expert, mungkin para manajer yang ingin mengajar, silakan bergabung. Semua perlu proses.
Kepala sekolah pun dituntut untuk menjadi sosok manajer yang andal. Bagaimana memotivasi mereka?
Kami akan menilai kepala sekolah yang berpotensi. Kemampuan mereka yang minimal golongan III-c dilihat. Sementara yang sudah menjadi kepala sekolah pun dinilai. Kalau kompetensi kurang, digantikan dengan guru yang kompeten. Kepala sekolah ke depan tidak lagi dibebani mengajar.