Permudah Pengembang Bangun Perumahan
SURABAYA – Pemprov Jatim mengklaim prospek investasi properti di Jatim tergolong baik. Sebab, peningkatan jumlah kelas menengah saat ini belum mampu diimbangi dengan ketersediaan hunian. Alhasil, backlog atau kebutuhan rumah di Jatim masih tinggi. Karena itu, pemprov mendorong para pengembang properti untuk berinvestasi di Jatim.
’’Saat ini, backlog hunian di Jatim mencapai 1.026.000,’’ terang Soekarwo Sabtu malam (5/5) saat pembukaan apartemen di Kertajaya, Surabaya. Itu setara dengan 9 persen backlog hunian nasional yang mencapai 11,38 juta. Kebutuhan rumah itu, lanjut Soekarwo, tidak hanya ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), tetapi juga masyarakat kelas menengah.
Sebagai gambaran, saat ini Jatim memiliki 350 ribu jiwa yang baru saja naik ke kelas menengah. Secara keseluruhan, pendapatan per kapita penduduk di Jatim mencapai USD 4.275 atau setara Rp 59,7 juta. Sementara itu, proyeksi 2019, pendapatan per kapita Jatim bakal mencapai USD 4.400 atau Rp 61,4 juta.
Indikasi kenaikan kelas menengah adalah penurunan jumlah penjualan sepeda motor yang mencapai 54 ribu unit sepanjang 2017 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, terdapat kenaikan penjualan mobil lebih dari 9.200 unit untuk versi 1.500 cc ke bawah. ’’Artinya, kita sudah berada di upper middle income (pendapatan menengah atas),’’ lanjut mantan Sekdaprov Jatim itu.
Kondisi tersebut bisa menjadi pertimbangan bagi para pengembang perumahan untuk berinvestasi di Jatim. Sebab, pasarnya masih tergolong besar. Baik untuk perumahan MBR maupun kelas menengah. Dia juga mendukung pengembang yang hendak membangun hunian vertikal. Tidak hanya di kota, tetapi juga di kabupaten. ’’Sebab, lahan untuk membangun rumah di sini (Surabaya) kian terbatas,’’ tutur Soekarwo.