Pawai Sepanjang 6,6 Km
Surabaya Vaganza, Rayakan Ultah Surabaya
SURABAYA – Teriknya matahari tak menghalangi warga untuk menyaksikan Surabaya Vaganza. Mereka mengisi sepanjang sisi jalan yang dilewati iring-iringan parade bunga, karnaval, hingga marching band itu. Acara yang digelar untuk merayakan ulang tahun ke-725 Surabaya tersebut dimulai pukul 08.00.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melepas kepergian para peserta dari Tugu Pahlawan. Keberangkatan peserta dibagi dalam tiga lapis. Lapis pertama diisi pawai masyarakat dari bermacam-macam kebudayaan. Ada yang dari Nias hingga Papua
Mereka adalah warga pendatang yang kini tinggal di metropolis, baik untuk kuliah, bekerja, maupun ikut keluarga. ’’Kami hadirkan mereka karena mereka juga bagian dari Surabaya,’’ jelas Risma.
Setelah itu, disusul rombongan marching band dan kendaraan hias. Total ada 83 peserta dari berbagai instansi maupun kelompok. Jalur yang disiapkan sepanjang 6,6 km. Rutenya melalui Jalan Pahlawan, Kramat Gantung, Gemblongan, Tunjungan, Gubernur Suryo, Panglima Sudirman, Urip Sumoharjo, dan berakhir di Taman Bungkul.
Karena kebutuhan pawai, kegiatan car free day di dua tempat sengaja ditiadakan. Yakni, di Jalan Tunjungan dan Jalan Raya Darmo. Sementara itu, sisi timur Jalan Panglima Sudirman ditutup.
Kepada peserta, Risma mengingatkan bahwa hakikat perayaan itu adalah mengajak warga terus berkarya tanpa kenal lelah. ’’Ini adalah kota perjuangan. Jangan berhenti berjuang demi bangsa,’’ ujarnya.
Sesuai instruksi, para penonton hanya diperbolehkan melihat dari jalur pedestrian. Hal tersebut diputuskan karena tahun lalu banyak warga yang nekat mengambil bunga-bunga di kendaraan hias. Akibatnya, belum sampai titik akhir, hiasan kendaraan mbrodol.
Pengawasan dilakukan dengan ketat oleh petugas gabungan. Selain itu, ada tali pembatas yang dipasang. Namun, tetap ada yang nekat menerobos. Untung, hal tersebut tidak sampai menimbulkan keributan yang berarti. Rombongan terakhir tiba di tempat tujuan pada waktu yang ditentukan, yakni pukul 12.00.
Sesampai di Taman Bungkul, beberapa peserta beratraksi. Salah satunya, komunitas warga Nias. Mereka menampilkan kesenian lompat batu dan tari perang. Waktunya hampir tiga menit. Pendeta Seniman Laowo, ketua komunitas tersebut, menyatakan bahwa pihaknya menyiapkan pertunjukan itu selama dua bulan. Batu replika yang digunakan memiliki tinggi sekitar 160 cm. ’’Tapi, kami bisa melompat sampai 2 meter,’’ ujarnya.
Sementara itu, nama acara tersebut diubah menjadi Surabaya Vaganza agar mudah diingat penonton. Terutama yang dari luar negeri. Kebetulan, hari ini Surabaya menjadi tuan rumah acara diskusi interna- sional Growing Up Urban yang diselenggarakan United Nations Children’s Fund (Unicef ).
Acara itu melibatkan wali kota dari beberapa kota di Indonesia dan negara sekitar. Misalnya, Malaysia, Myanmar, Vietnam, Filipina, Thailand, Kamboja, dan Tiongkok. Sebagai salah satu strategi pemkot untuk mempromosikan wisata Surabaya, para delegasi yang sudah datang itu diajak menunggu rombongan pawai di garis finis.
Meski melibatkan ribuan orang, kebersihan jalanan kota tetap terjaga. Tim dinas kebersihan dan ruang terbuka hijau (DKRTH) menjadi rombongan penutup parade bunga itu. Dengan satu truk, puluhan petugas berada di belakang peserta pawai untuk membersihkan sampah dengan sigap.