Bandit Pecah Kaca Sasar WNA
Bawa Kabur Laptop dan Uang
SURABAYA – Bandit pecah kaca kembali beraksi. Mereka menggondol sebuah tas ransel milik seorang warga negara asing (WNA) asal Singapura, Govind Madhav Cowlagi, di Jalan Tidar, Sawahan, Jumat malam (4/5).
Tas ransel itu berisi sebuah laptop, kartu identitas, dan uang Rp 10,4 juta. Belakangan diketahui, Govind merupakan bos perusahaan pelayaran yang berkantor di Jalan Kalianak.
Peristiwa bermula ketika Govind hendak menyusun rencana untuk berpartisipasi dalam Parade Bunga bersama teman-temannya. Mereka bertemu di sebuah sekolah di Jalan Tidar sekitar pukul 22.00. Pria 52 tahun itu naik Toyota Innova bersama sopir Roni Andre. ”Waktu itu bapak (Govind) mau menyusun bunga bersama teman-temannya,” ujarnya.
Sekitar pukul 23.00 Roni diminta pulang oleh Govind. Sebab, teman yang ditunggu bosnya itu baru datang pukul 01.00. Roni diminta menjemput Govind dua jam kemudian. ”Saya disuruh pulang dulu. Lalu, minta dijemput jam 03.00,” tuturnya.
Nah, saat hendak pulang, Roni kaget lantaran kaca mobil sebelah kiri pecah. Dia lantas memanggil tukang parkir dan melapor kepada bosnya. Lantaran tidak ada yang tahu persis kejadian itu, Govind dan Roni melapor ke Polrestabes Surabaya Sabtu dini hari.
Menurut Roni, kaca tersebut tidak pecah berkeping-keping. Tapi, masih utuh dalam satu potongan. Sebab, masih ada kaca film yang melekat pada pecahan kaca itu. ”Pecahannya utuh dan jatuh ke dalam mobil,” jelas pria 42 tahun tersebut.
Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sudamiran membenarkan adanya kejadian itu. Pihaknya kini sedang meneliti kasus tersebut. Tujuannya, mencari petunjuk awal. ”Kami sedang penyelidikan,” ujarnya singkat.
Sumber internal Jawa Pos di kepolisian menyebutkan, para bandit pecah kaca yang menggondol tas ransel Govinda itu tergolong mahir. Sebab, Jalan Tidar termasuk ramai. ”Cepat sekali berarti mainnya,” kata sumber tersebut.
Pemetaan level para pelaku pecah kaca memang dibagi berdasar area permainan. Bandit yang beraksi di bahu jalan dengan tingkat arus lalu lintas yang tinggi hampir dipastikan bukan pemain anyar.
Nah, jika area permainannya di tempat parkir umum bukan jalan, pemainnya sudah melakukan pemetaan terlebih dahulu. ”Kalau di bahu jalan, risiko ketahuan warga sangat tinggi. Jelas mereka pemain lama,” katanya.
Lalu, pecahan kaca mobil yang disita polisi menunjukkan cara bermain para bandit. Pecahan yang utuh menunjukkan mereka tidak menggunakan pecahan busi untuk memecah kaca mobil. Sebab, suaranya bakal membuat warga curiga.
Mereka memilih menggunakan cara konvensional. Yakni, menggunakan siku. Hampir dipastikan mereka tidak menggunakan alat apa pun. Sebab, di bingkai kaca pintu mobil tidak ditemukan bekas congkelan.
Berdasar data yang dihimpun Jawa Pos, aksi pecah kaca itu sudah terjadi dua kali selama 2018. Februari lalu unit Resmob menangkap komplotan pecah kaca asal Palembang yang diketuai Agus Toni.