Tiba di Pangkalan Koarmada II Ujung
KRI Ardadedali Berlayar 17 Hari dari Korsel
SURABAYA – Armada perang Indonesia bertambah. KRI Ardadedali bergabung dengan TNI-AL di Komando Armada II Ujung, Surabaya, kemarin (17/5).
Ardadedali menempuh perjalanan selama 17 hari dari galangan DSME, Okpo, Korsel. Kapal selam bernomor 404 tiba di pangkalan bersama 40 pengawak setelah 17 bulan meninggalkan keluarga.
Kehadiran Ardadedali menjadi momen transfer of technology. Kapal selam baru berikutnya, KRI Alugoro (405), dirakit di galangan PAL Indonesia.
’’Pengadaan ini dilakukan sebagai peremajaan untuk mengganti alutsista berumur 25–30 tahun,’’ terang KSAL Laksamana TNI Ade Supandi sesaat setelah KRI Ardadedali sandar sempurna. Dua di antara empat kapal selam TNI-AL yang eksis termasuk uzur. Yakni, KRI Cakra (401) dan KRI Nanggala (402) yang didatangkan dari Kiel, Jerman, pada 1981. Sementara itu, KRI Nagapasa (403) yang bergabung sejak 28 Agustus 2017 termasuk paket kontrak 2011 pengadaan tiga kapal selam gres dari Negeri Ginseng.
Ade semula bertekad mengawal pengadaan kapal selam ideal sampai 12 unit. Belasan kapal selam kelas whiskey buatan Uni Soviet tersebut dimiliki TNI-AL kala era Orde Lama. ’’Tiga kapal selam baru masuk renstra (rencana strategis) pertahanan dalam MEF (minimum essential force). Bisa menjadi 12 kalau renstranya EF (essential force),’’ ucap mantan panglima Armada RI Kawasan Timur alumnus AAL 1983 itu.
Kedatangan Ardadedali juga dinanti istri, anak, maupun keluarga 40 pengawaknya.
SANDAR SEMPURNA: Sambutan diberikan pada KRI Ardadedali ketika datang di Komando Armada II Ujung, Surabaya, kemarin.
Mayoritas kru berpisah sejak 6 Januari 2017. Awak kapal yang dikomandani Letkol Laut (P) Widya Poerwandanu tersebut meninggalkan tanah air untuk mengikuti berbagai pelatihan dan sea trial. Bahkan, Mayor Laut (E) Adam dan Koptu Lis Dofirul tidak bisa mendampingi sang istri melahirkan saat ditinggal tugas negara setahun lima bulan.