Periksa Dua Pasang Sepatu
Polisi Lakukan Olah TKP di Tiga Tempat
SURABAYA – Dua pasang sepatu itu menyimpan cerita sendiri. Masing-masing berukuran 30 dan 32. Berwarna fuchsia dikombinasi hitam dengan sol putih. Paduan yang manis. Namun, tidak semanis nasib pemiliknya. Pemakai sepatu tersebut adalah Fadhila Sari, 12, dan Famela Rizqita, 8. Mereka merupakan korban kedua orang tuanya, Dita Oepriarto dan Puji Kuswati, yang melakukan aksi bom bunuh diri pada Minggu (13/5)
J
Fadhila dan Famela diajak ibunya melakukan peledakan di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro. Mereka bertiga ditemukan tewas di pelataran gereja. Sepatu itu menjadi salah satu barang bukti yang dibawa polisi dari olah TKP kemarin (17/5).
Polisi tiba di gereja tersebut pada pukul 15.30. Sebagian barang bukti sudah disiapkan petugas gereja. Terlihat tiga kantong plastik dikeluarkan dan dibuka di area parkir. Plastik pertama berisi dedaunan yang bercampur puing ledakan. Petugas mencari puingpuing sisa ledakan dalam tumpukan tersebut. Daun-daun berasal dari lokasi sekitar ledakan yang dikumpulkan petugas kebersihan. Ditemukan sejumlah serpihan logam dari tumpukan tersebut.
Bungkusan kedua full berisi puing-puing logam. Mulai besi batangan hingga baterai. Bungkusan ketiga berisi sisa kain yang terbakar dan dua pasang sepatu anak-anak. Sepatu itu masih utuh. Warnanya juga masih asli. Hanya tampak sedikit gosong bekas terbakar. Sepatu tersebut dijejerkan bersama logam-logam yang ditemukan. ’’Diduga, ini sepatu milik kedua anak perempuan pelaku bom,’’ kata Aiptu Simbolon, salah seorang petugas.
Selain barang bukti yang dikumpulkan pegawai gereja, petugas menyusuri area sekitar ledakan. Terdapat dua pos kecil di bagian depan gereja. Dengan menggunakan anak tangga, petugas memanjat pos tersebut. Dari situ ditemukan sejumlah puing yang ditengarai sebagai bahan penyusun bom. Terlihat potongan besi menyerupai per. Selain itu, ada potongan logam panjang di atas pos sebelahnya. Ada juga potongan kabel yang terbakar.
Petugas membeber seluruh temuannya di atas kain putih. Mereka mengamati satu per satu temuan. Setelah itu, barang-barang tersebut dimasukkan dalam kantong plastik dan dibawa ke labfor polda. ’’Kami akan selidiki temuan-temuan ini,’’ ujar Simbolon.
Sebelum di GKI Diponegoro, petugas melakukan dua olah TKP. Yang pertama di rumah Ilham Fauzan di Dukuh Pakis, berlanjut ke Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jalan Arjuno. Di GPPS dan GKI, ada 13 petugas dari labfor dan Inafis yang terjun. Mereka mencari sisa puing ledakan yang tertinggal di lokasi kejadian.
Petugas tiba di GPPS pada pukul 14.30. Petugas dari Brimob dan linmas membantu mengamankan lokasi. Olah TKP berlangsung tertutup. Dari celah kecil, tampak petugas menggunakan sebuah alat penggaruk untuk mencari puing-puing yang dianggap berhubungan dengan kasus ledakan tersebut. Mereka hilir mudik mengamankan barang bukti.
Kondisi TKP GPPS cukup parah. Bagian depan bangunan gereja hampir tidak berbentuk. Kondisi itulah yang memaksa petugas harus ekstrateliti. Petugas memilah mana puing besi dari bangunan dan yang diduga sebagai bahan pembuat bom.
Kegiatan tersebut berlangsung sekitar 45 menit. Salah seorang petugas membawa sejumlah barang yang dimasukkan dalam tiga kantong kertas. Terlihat dua kantong berisi pecahan pipa dan sejumlah baterai. ’’Kami ambil puing yang dicurigai sebagai penyusun bom saja,’’ ucapnya.
Satu kantong lainnya berisi satu pelat nomor mobil. Pelat mobil itu dicurigai milik mobil Avanza hitam yang dikendarai tersangka Dita. Tidak tampak nomor polisinya. Sebab, kondisi pelat sudah bengkok dan menghitam. ’’Masih kami duga sebagai pelat nomor mobil tersangka, tapi belum tahu pasti,’’ tuturnya.