Akses Spesial ke Wairarapa Forest & Whanganui Bay
PRIVILEGE: Wulan dan Rully mendapatkan kesempatan spesial masuk ke Wairarapa Forest. Hutan ini merupakan hutan kuno yang cuma boleh dikunjungi setelah dapat izin Department of Conservation (DOC).
HALO, teman-teman! Kali ini aku, Ni Putu Wulan Romianingsih, akan menceritakan kegiatan minggu keenamku bersama Rully Audhina di New Zealand. Minggu ini sangat menarik karena aku dan Rully ditugaskan buat membantu staf Department of Conservation (DOC) dalam proyek mereka. Kami jelas excited banget lantaran bisa bekerja dengan orangorang profesional. Karena sebagian besar proyek dilakukan di hutan, danau, atau sungai, kami makin happy karena bisa dapat kesempatan bekerja sambil jalan-jalan menikmati keindahan alam NZ. Yippee!
Proyek pertama yang kami bantu adalah mengurus fish trap di Wairarapa Forest. Akses ke hutan itu sangat dibatasi. Jika pengin masuk, kami harus meminta izin dulu ke kantor pusat DOC. Perjalanan ke sana kami tempuh selama 30 menit dari Tongariro National Trout Centre. Aura berbeda langsung terasa ketika kami sampai di Wairarapa. Mistis dan dingin. Itulah kesan pertama kami. Sebelum masuk ke hutan, kami diberhentikan Mandie, staf DOC. Dia bilang kami harus berdoa dulu untuk menghormati leluhur mereka dan penunggu hutan. Dia memimpin doa dalam bahasa Māori dan barulah kami boleh masuk hutan. Menurut Mandie, Wairarapa merupakan
ancient forest yang sangat dilindungi Māori. Leluhur mereka hidup dari sumber daya hutan tersebut. Sumber pangan, papan, dan obatobatan mereka diperoleh di sini. Hmm, pantas aja aura hutan itu berbeda. Anehnya lagi, setiap kali kami ingin ambil foto dari kamera, hasilnya selalu blurry. Tapi, saat Mandie yang
take foto, hasilnya selalu bagus. Jadi, kami memutuskan untuk nggak banyak ambil foto di hutan tersebut.
Setelah berjalan selama 20 menit, kami pun sampai di fish trap yang terletak di stream (sungai kecil) yang bermuara di Tongariro River. Fish trap sengaja dibangun di sini untuk mendeteksi ikan trout yang berasal dari Danau Taupo. Jika ikan trout dalam trap itu terserang penyakit atau ditemukan banyak zat kimia, dipastikan kondisi danau sedang nggak baik dan pemerintah bakal mengambil tindakan untuk membersihkan danau. Kami juga mampir ke DOC workshop buat mendata cuaca, air, hingga kondisi ikan trout di fish trap.
Kami lantas beranjak memeriksa tanda-tanda batas memancing di Omori, Kurutau, dan Whanganui Bay. Di Whanganui Bay, kami disambut hangat oleh keluarga Mandie yang merupakan suku Māori sekaligus pemilik Whanganui Bay. Cuma keluarga dan tamu undangan keluarga yang diizinkan masuk ke daerah tersebut. Pemandangan di sini sangat luar biasa. Kami bahkan diajak berkunjung ke marae –tempat berkumpul suku Maori dan pusat kegiatan adat– serta makan ikan trout segar tangkapan dari Danau Taupo. Kami sangat bersyukur bisa merasakan langsung kebudayaan Māori dan keindahan alam New Zealand! (*/c14/nrm)