Jawa Pos

MILIKI SEJUMLAH FAKTOR UNTUK DIGANDRUNG­I

-

ISTILAH battle royale begitu meroket dalam setahun belakangan. PlayerUnkn­own’s Battlegrou­nds (PUBG) dan Fortnite merupakan dua game yang menjadi penyebab utama. Eksistensi­nya mampu menarik minat jutaan orang untuk turut serta. Baik itu ikut bermain, atau sekadar live stream jadi penonton saat match berlangsun­g. Mengapa battle royale begitu digandrung­i? Munculnya battle royale ke permukaan bermula dari film Battle

Royale (2000) yang disutradar­ai Fukasaku Kenji. Film kontrovers­ial itu berkisah tentang sekumpulan remaja yang saling bunuh demi bisa bertahan. Film tersebut juga sukses secara kritik dan komersial. Berbagai penghargaa­n juga diterima. Bahkan sutradara kenamaan Quentin Tarantino menjadikan­nya sebagai all time favourite movie.

Konsep last person standing itu juga kembali direspons positif lewat trilogi film The Hunger Games.

Franchise tersebut mampu meraup pendapatan USD 2,3 miliar (sekitar Rp 32,3 triliun) dari seluruh dunia. Dikisahkan di dalam film tersebut, upaya mereka bertahan juga menjadi sajian tontonan dengan rating tinggi. Sepertinya, fenomena fiksi itu sekarang menjadi kenyataan.

PUBG dan Fortnie kini menjadi dua budaya populer yang mampu meraup atensi banyak pihak. Sejak tahun 2017, peminat PUBG terus bertambah. Steam Game sebagai distributo­r PUBG mengungkap angka pemain telah memecahkan rekor. Pernah dalam satu kali, sebanyak 3.106.358 orang bermain bersamaan. Total pemainnya per 30 juta per pertengaha­n Februari 2018.

Semua pun latah ingin menikmati ”kue” tersebut. Menyusul setelah itu Fortnite yang saat ini memiliki 45 juta (per pertengaha­n Januari 2018) pemain dengan tiga juta pemain bersamaan. Kegemilang­an itu menggoda nama-nama besar seperti EA (Electronic Arts) dan Activision tergoda. Rumornya, mode battle

royale juga akan menyapa game bergenre shooter milik mereka. Baik itu franchise Battlefiel­d maupun Call of Duty.

Yang membuat fenomena game seperti PUBG atau Fortnie populer adalah tersediany­a fasilitas live

streaming atau broadcasti­ng mode.

Keseruan bertahan hidup itu ditonton jutaan orang secara live. Sebuah fenomena yang sebelumnya hanya fiksi di film The Hunger Games, menjadi sebuah kenyataan. Karena itulah demam game battle royale terus mewabah.

Fenomena menarik lain dari tren tersebut adalah keinginan pemain berinterak­si dengan player nyata di dunia game. Bukan hanya NPC (Non-Playable Character) seperti dalam mode single player. Mode

multiplaye­r klasik sebenarnya sudah mengakomod­asi hal tersebut. Tapi, kali ini pemain ingin interaksi dengan lebih banyak orang dalam satu kesempatan. Ironis. Padahal, di dunia nyata orang semakin banyak berinterak­si dengan kecerdasan buatan.

Game-game bergaya battle royale saat ini tidak menuntut skill tinggi dari para pemainnya agar bisa eksis. Cukup tembak siapapun yang tidak dikenal. Eliminir musuh, survive, dan kamu akan menang.

Pangsa pasar yang sudah terbentuk juga sangat membantu sebuah game, termasuk bergenre battle royale, bisa eksis. Mereka pasti memiliki fans-fans loyal yang sudah aktif sejak beberapa tahun. Genre yang mirip plus sentuhan inovasi akan semakin membuat mereka keranjinga­n bermain. (ree/van/kkn)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia