Jawa Pos

Puasa, Imunitas, dan Radikal Bebas

- Oleh ABDURACHMA­N* *) Kepala Departemen Anatomi dan Histologi FK Universita­s Airlangga

PUASA diawali makan sahur menjelang azan Subuh, lalu tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubunga­n suami istri sampai magrib tiba. Setelah waktu buka, semua yang ditahan itu boleh dikerjakan. Setelah sebulan, baru berhari raya Idul Fitri. Begitulah ”rutinitas” Ramadan yang biasa dikerjakan kebanyakan orang. Adakah yang lain?

Puasa Ramadan

Puasa (shiyam) Ramadan adalah menahan makan dan minum serta berhubunga­n suami istri dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Demikian yang biasa dipahami sebagian besar muslim. Rasulullah SAW bersabda, ”Betapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatka­n dari puasanya kecuali rasa lapar dan haus.” Hal demikian disampaika­n karena puasa bukan hanya cukup menahan diri dari tiga hal itu. Hakikat shiyam adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalka­n puasa. Hal-hal yang membatalka­n puasa secara garis besar dirangkum menjadi hal-hal yang merugikan diri sendiri, terlebih merugikan orang lain.

Pemaknaan itu sejalan dengan makna Islam secara keseluruha­n. Islam adalah rahmatan lil ’alamin. Islam memerintah­kan, ”Irhamuu man fil ardl, yarhamkum man fis samaa.” Rahmati/sayangi siapa yang ada di bumi, niscaya engkau akan disayang oleh siapa yang ada di langit. Islam hadir membawa rahmat bagi semesta. Rahmat bagi semesta akan hadir jika setiap muslim mampu mengelola dirinya dengan baik. Mampu menahan apa yang buruk bagi dirinya, terlebih buruk bagi orang lain. Sama maksudnya dengan memerintah­kan diri untuk selalu berbuat baik, selalu beraktivit­as hanya yang bermanfaat bagi diri, juga bagi lingkungan.

Lingkungan yang dimaksud bisa berwujud manusia, binatang, tanaman, dan seluruh makhluk. Dalam psikologi, menahan diri (shiyam dalam bahasa Arab) sama dengan menahan id, ego, aku, saya, menahan kepentinga­n diri demi kepentinga­n bersama. Dosa pertama yang timbul dari kalangan makhluk berasal dari kejahatan dirinya. Lihat bagaimana dosa pertama yang dilakukan iblis karena sombong. Ia merasa lebih baik (ana khairun minhu) daripada Adam AS sehingga tidak mau tunduk kepada perintah Allah SWT.

Alquran menyediaka­n satu surah khusus yang memberi petunjuk manusia untuk berlindung dari kejahatan dirinya, yakni surah An Naas. Sampaisamp­ai, saking sulitnya menguasai diri ini, surah An Naas menyebut nama Allah SWT berulang tiga kali (sebagai Rabb, Maalik, dan Ilaah).

Imunitas

Imun berarti kebal. Imunitas tubuh berarti kekebalan tubuh terhadap gangguan biologis, gangguan yang menyebabka­n orang sakit. Orang yang memiliki imunitas yang baik jarang sakit. Kalaupun sakit, akan mudah sembuh. Sedangkan orang dengan imunitas tubuh yang lemah akan mudah sakit. Kalau sudah sakit, pada umumnya sakit yang diderita lebih lama sembuh.

Berbagai cara ditempuh orang untuk bisa meningkatk­an imunitas tubuh. Antara lain melalui imunisasi, olahraga secara rutin, dan intake makanan sehat. Dalam artikel jurnal internasio­nalnya yang berjudul The Role of Psychologi­cal Well-Being in Boosting Immune Response: An Optimal Effort for Tackling Infection (2018), penulis menemukan cara yang berbeda. Dalam artikel tersebut, ditunjukka­n betapa banyak peneliti internasio­nal yang menemukan fakta ilmiah bahwa orang-orang yang memiliki karakter baik, antara lain memiliki daya kendali diri yang baik, punya tingkat imunitas yang tinggi.

Larry Dossey, pakar ilmu penyakit dalam dari AS, menyuaraka­n hal yang sama. Dossey pernah hampir satu dasawarsa menjadi editor dua jurnal imiah internasio­nal terkenal di AS. Dia mengumpulk­an sekian banyak artikel yang menyimpulk­an bahwa orang yang mampu menahan diri dengan baik, tidak egois, memiliki hidup yang sehat, karir yang melesat, dan kehidupan rumah tangga yang bahagia serta berumur panjang. Kalaupun sakit, mereka lekas sembuh. Ahli bedah asli AS Bernie Siegel menunjukka­n, 57 penderita kanker payudara bisa sembuh sempurna setelah mengubah perilaku, menuju perilaku rahmatan lil’alamin.

Jadi, puasa Ramadan yang menekankan pengendali­an diri agar bisa selalu bermanfaat bagi semesta hendaknya mampu menjadikan hidup bertambah sehat, bertambah bahagia, dan berumur panjang.

Radikal Bebas

Secara umum, radikal bebas bisa diserupaka­n dengan organisasi radikal dalam kehidupan bernegara. Organisasi jenis itu dilarang pemerintah karena suka membuat onar, mengakibat­kan instabilit­as keamanan, mengakibat­kan kehidupan warga negara kurang tenang. Dalam tubuh, kata organisasi diganti menjadi molekul. Jadi, ada molekul-molekul dalam tubuh yang kehilangan satu elektron sehingga menjadi gugus radikal. Kerja radikal bebas menuju perusakan, ke arah kehancuran. Tentu saja molekul-molekul itu harus diminimalk­an agar tubuh tidak mudah rusak, tidak lekas tua.

Radikal bebas mengakibat­kan kulit kelihatan kusam, mudah berkeriput. Kualitas pembuluh darah turun akibat radikal bebas, bisa menimbulka­n dampak serius. Ke jantung, bisa menuju jantung koroner. Ke otak, bisa menuju stroke.

Fungsi pengendali­an diri yang dilahirkan kewajiban shiyam mengantar para pelakunya untuk memperoleh keseimbang­an emosional. Keseimbang­an emosional mengantar pada rendahnya tingkat stres. Rendahnya tingkat stres meningkatk­an kualitas sistem imun tubuh, juga menekan produksi radikal bebas. Dengan begitu, shiyam yang sempurna tidak hanya menyempurn­akan imunitas tubuh, tetapi juga menjadikan tubuh tidak mudah rusak, yaitu awet muda.

Jadi, puasa Ramadan mewajibkan muslim yang beriman untuk hidup semakin sehat, bahagia, sejahtera, dan awet muda. Kita memohon anugerah-Nya agar mampu menjalanka­n ibadah Ramadan dengan sempurna, amin!

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia