Jawa Pos

Kontrovers­ial karena Pernah Kelola Penjara Rahasia

Kali Pertama dalam Tujuh Dekade, Perempuan Jadi Pemimpin Tertinggi CIA

-

Semuanya karena Donald Trump. Sebelum presiden ke-45 Amerika Serikat (AS) itu menunjuk Mike Pompeo sebagai menteri luar negeri menggantik­an Rex Tillerson, nama Gina Haspel tidak pernah didengar publik. Hanya dalam hitungan hari, dia lantas tenar. Tidak sampai sebulan kemudian, perempuan 61 tahun tersebut didaulat menjadi direktur CIA.

DIREKTUR Badan Intelijen Nasional Dan Coats menyambut gembira restu Senat AS untuk Haspel. Dengan dukungan 54 suara, perempuan yang sudah 33 tahun berkarir di CIA itu resmi menggantik­an Pompeo sebagai direktur. ”Kami salut kepada Direktur Haspel. Beliau adalah seorang pelopor yang hari ini menjadi perempuan pertama yang memimpin CIA,” kata Coats setelah pemungutan suara oleh Senat AS pada Kamis (17/5).

Sejak dibentuk sekitar tujuh dasawarsa lalu pada 18 September 1947, CIA selalu dipimpin pria. Tidak hanya tegas dan berani, para direktur CIA juga dikenal disiplin dan independen.

Haspel yang sudah tiga dekade lebih bergabung dengan CIA sangat memahami hal itu. Karena itu, dalam sesi tanya jawab dengan Senat pada Selasa (15/5), dia berjanji akan mempertaha­nkan independen­si lembaganya.

Tetapi, Senator John McCain meragukan hal tersebut. Karena itulah, dalam voting Kamis, veteran Perang Vietnam tersebut mengimbau koleganya agar tak mendukung Haspel yang identik dengan Trump. Sebab, di mata McCain, perempuan yang pernah menjadi penanggung jawab program penjara rahasia alias black sites CIA di Thailand itu musuh negara. Dia juga tidak mengecam waterboard­ing.

”Mendukung Haspel adalah kesalahan,” papar McCain sebagaiman­a dilansir Associated Press kemarin (18/5). Sebagai mantan pejuang yang pernah merasakan pengapnya bui berikut penganiaya­an di sana, politikus 81 tahun itu tidak rela CIA dipimpin Haspel.

Kendati Haspel adalah sosok yang DIREKTUR CIA

sangat dihormati oleh para intelijen AS, bagi McCain, keterlibat­annya dalam program penjara rahasia dan penganiaya­an ekstrem terhadap para tersangka teroris tidak bisa dimaafkan.

Tidak hanya punya ilmu intelijen yang mumpuni, Haspel juga sosok yang dikenal mudah beradaptas­i. Sebab, sebagai putri seorang personel Angkatan Udara (AU), dia sering berpindah-pindah tempat tinggal. Begitu dewasa dan bergabung dengan CIA, Haspel juga berpindah-pindah tempat kerja.

Saat media mengendus praktik ekstrem CIA di black sites yang terkonsent­rasi di Asia dan Eropa Timur, Haspel langsung tanggap. Dia lantas menghilang­kan jejak. Termasuk memusnahka­n seluruh rekaman video tentang waterboard­ing serta berbagai teknik interogasi ekstrem di lokasi rahasia. Salah seorang tersangka teroris yang diinteroga­si di Thailand di bawah pengawasan Haspel adalah AbdalRahim al-Nashiri.

Black sites CIA langsung lenyap saat media ramai memberitak­annya. Penelusura­n di beberapa negara di Asia dan kawasan Eropa Timur tidak membuahkan hasil berarti. CIA juga bungkam soal praktik yang diduga kuat bertentang­an dengan nilai-nilai kemanusiaa­n tersebut. Hingga sekarang, investigas­i teknik interogasi ekstrem yang muncul pascatrage­di 11 September 2001 (9/11) itu tidak jelas.

Saya tidak yakin bahwa penganiaya­an (tahanan) membuahkan hasil.”

GINA HASPEL

 ?? KEVIN LAMARQUE/REUTERS ?? PEREMPUAN TERPILIH: Gina Haspel saat hearing di Capitol Hill, Washington DC.
KEVIN LAMARQUE/REUTERS PEREMPUAN TERPILIH: Gina Haspel saat hearing di Capitol Hill, Washington DC.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia