Kantongi Data Warga Terdampak
DPRD Cek Kondisi Proyek Boezem Manukan Kulon
SURABAYA – Anggota Komisi C DPRD Surabaya M. Machmud berkunjung ke proyek pembangunan boezem di Manukan Kulon kemarin pagi (18/5). Dia memantau proyek yang berakibat pada amblesnya sejumlah rumah warga. Ketua RW 9 Lempung, Kelurahan Lontar, Sambikerep, Lukhi Hermawan turut menemani.
Keduanya datang meninjau sekitar pukul 07.30, saat satu unit backhoe terus melakukan pengurukan. Setiba di lokasi, Machmud meninjau sejumlah batas dan luasan tanah milik pemkot di sana. Menurut dia, lahan yang digunakan sudah sesuai dengan ketentuan.
Machmud kemudian menunjukkan batas berupa cat merah dan kayu yang dipasang antara rumah warga dan lahan pemkot. ”Batasnya sudah jelas. Jadi, warga harus tahu bahwa tanah yang melebihi garis ini adalah lahan milik pemkot dan tidak boleh digunakan,” terangnya.
Pihak kecamatan dan kelurahan juga harus aktif memberi tahu warganya tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di atas lahan milik negara.
Dia melanjutkan, pihaknya sudah mengantongi data-data rumah terdampak. Beberapa di antara mereka memang tidak berhak tinggal di atas tanah tersebut. Namun, karena mereka adalah warga Surabaya, pemkot tetap berkewajiban memberikan kompensasi atas rumah-rumah warga yang terdampak proyek tersebut.
Nah, bentuk kompensasi itulah yang kini terus dibicarakan dewan dengan pemkot. ”Hari ini (18/5) akan saya koordinasikan dengan dinas DPU bina marga dan pematusan supaya ada kejelasan bagi warga,” ujarnya.
Dia menjelaskan, ada dua RW yang berada di sekitar proyek pembangunan boezem tersebut. Yakni, RW 9, Kelurahan Lontar, Sambikerep, dan RW 8, Kelurahan Manukan Kulon, Tandes.
Kelurahan Manukan Kulon relatif aman ketika musim hujan tiba. Mereka terbebas dari banjir karena kondisi tanahnya lebih tinggi daripada tanah RW tetangga. Nah, hampir keseluruhan rumah terdampak berasal dari kelurahan tersebut.Ada salah satu rumah yang ambles. Rumah lainnya hanya mengalami keretakan pada tembok.
Kondisi RW 9 Kelurahan Lontar sebaliknya. Lahan mereka kerap dilanda banjir ketika musim hujan karena kondisi tanah yang lebih rendah. Belum lagi masalah saluran air yang dianggap kurang bisa menampung air hujan. ”Banjir satu jam saja pasti banjir,” kata Lukhi.
Yang terparah terjadi pada November tahun lalu. Hujan dua jam mengakibatkan banjir di sekitar Lontar. Pemkot pun membangun boezem. ”Semoga dengan adanya boezem ini tidak ada banjir lagi,” harap Lukhi.