Jawa Pos

Bikin Kegiatan dengan Dana Swadaya Anggota

Kiprah Komunitas Wonoayu Kreatif

-

Komunitas ini baru didirikan enam bulan lalu. Isinya puluhan orang dengan beragam latar belakang. Yang penting, semuanya satu visi. Yakni, membuat Wonoayu lebih baik.

FIRMA ZUHDI AL FAUZI

ACHMAD Irfandi lahir dan besar di Kecamatan Wonoayu. Tepatnya, di Desa Pagerngumb­uk. Tahun lalu dia dinobatkan sebagai pemuda pelopor Sidoarjo bidang pendidikan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Sidoarjo. ”Karena predikat itu, saya merasa punya utang. Saya asli Wonoayu, tapi belum bisa ngapa-ngapain untuk Wonoayu,” ujarnya kemarin (19/5)

Karena merasa memiliki utang itu, Irfandi ingin membayarny­a. Dia tidak ingin predikat pemuda pelopor sia-sia tanpa ada tindak lanjut. Yang ada di pikirannya hanya satu. Yakni, membuat Wonoayu memiliki kekhasan dan dikenal. ”Orang tahu Wonoayu ya hanya kecamatan biasa, nggak ada yang menonjol,” ucap Irfandi.

Pikiran itu menghantui Irfandi. Namun, dia realistis. Tidak bisa hanya satu orang yang bergerak. Irfandi pun membagikan kegelisaha­nnya lewat Instagram (IG). Lewat IG, dia mengajak netizen membuat komunitas untuk Wonoayu. ”Saya tulis di sana siapa saja yang punya keahlian tertentu bisa gabung di komunitas. Tujuannya, Wonoayu lebih baik,” ceritanya.

Gayung bersambut. Dia mendapat respons positif. Bahkan, yang tertarik tidak hanya orang Wonoayu. ”Ada yang komentar, Mas saya bisa desain, saya bisa musik, saya bisa ini itu,” katanya. Akhirnya, sekitar 30 orang bergabung dengan latar belakang dan keahlian yang beda-beda. ”Ada yang komen juga, Mas saya nggak bisa apa-apa, tapi ingin bergabung,” ungkapnya. ”Ya tidak apa-apa, bergabung saja. Yang penting satu tekad,” lanjutnya.

Kumpulan orang-orang tersebut lantas diberi nama Komunitas Wonoayu Kreatif. Yakni, berbeda latar belakang, tetapi sama-sama kreatif. Komunitas itu resmi terbentuk enam bulan lalu. Irfandi jadi ketuanya. Selama enam bulan ini, beragam kegiatan sudah mereka lakukan. Semua dana merupakan swadaya dari para anggota.

Acara cukup besar pertama yang mereka selenggara­kan mengundang aktor dan pelawak Isa Bajaj. Konsepnya, diskusi sambil cangkrukan di Desa Sumoangina­ngin. Tidak berhenti di situ, mereka juga menggelar lomba menggambar dan gebyar makan siang makanan tradisiona­l. ”Makanannya itu bubur sengkolo. Jarang dengar kan karena jadul,” ujar pria kelahiran Sidoarjo, 12 Mei 1993 tersebut.

Pada Kamis (10/5) , mereka menggelar kegiatan literasi bernama Dolanan tanpa Gadget di RT 2, RW 2, Desa Pagerngumb­uk. Acara tersebut adalah kolaborasi dengan sejumlah komunitas di Sidoarjo. Beragam dolanan tradisiona­l diadakan untuk puluhan anak-anak desa. Mulai adu layanglaya­ng, membuat jemblem, bermain kelereng dan lompat karet tali, hingga menangkap lele dan belut. Tak ketinggala­n, lapak buku gratis juga dibuka. Ada pula forum dongeng.

Ramadan kali ini, mereka kembali menggelar kegiatan literasi, tetapi dengan konsep ngabuburit. ”Sebelum berbuka, bermain permainan tradisiona­l. Ada yang mendongeng juga,” ungkap Irfandi. Rencananya, acara tersebut digelar di Balai Desa Pagerngumb­uk sekalian mengenalka­n perpustaka­an desa. ”Di perpustaka­annya banyak buku. Tapi, yang datang masih jarang, ini kami coba ramaikan,” katanya. (*/c20/ai)

 ?? FIRMA ZUHDI/JAWA POS ?? RIANG GEMBIRA: Anak-anak mengikuti kegiatan Dolanan tanpa Gadget Kamis (10/5). Acara ini digagas oleh Komunitas Wonoayu Kreatif.
FIRMA ZUHDI/JAWA POS RIANG GEMBIRA: Anak-anak mengikuti kegiatan Dolanan tanpa Gadget Kamis (10/5). Acara ini digagas oleh Komunitas Wonoayu Kreatif.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia