Jawa Pos

Fondasi Ekonomi Masih Rapuh

-

AGENDA reformasi di bidang ekonomi bergerak dinamis. Ekonom Institute for Developmen­t of Economic and Finance (Indef ) Bhima Yudhistira Adhinegara menyatakan, 20 tahun pascarefor­masi, perekonomi­an Indonesia bergerak dalam ritme yang sangat cepat

J

”Tantangan ekonomi global kini sudah berbeda dengan kondisi 1998. Begitu juga kondisi ekonomi domestik yang terus membaik,” ujarnya kemarin (21/5).

Menurut Bhima, meski berjalan melambat, pertumbuha­n ekonomi tetap bisa mencapai 5 persen dan inflasi dapat diredam secara tahunan ke 3,6 persen. ”Tingkat penganggur­an terbuka per Agustus 2017 mencapai 5,5 persen dan terus membaik. Investor mulai berdatanga­n dan membangun pabriknya sehingga menciptaka­n jutaan lapangan kerja baru,” tambahnya.

Namun, lanjut Bhima, di balik perbaikan-perbaikan sinyal ekonomi itu, fondasi ekonomi pascakrisi­s sebenarnya rapuh. ”Ada loncatan yang cepat dari basis pertanian, kemudian industri dan terakhir lompat ke jasa,” bebernya. Dampaknya, kini setiap tahun ada 20,5 juta ton impor pangan –mulai beras, jagung, kedelai, sampai ubi jalar– yang seharusnya bisa diproduksi di dalam negeri.

Bhima menambahka­n, potret lompat-lompatan fokus sektor ekonomi itu berakibat fatal pada indikator kesejahter­aan. Serapan tenaga kerja pertanian dan industri yang loyo akhirnya menciptaka­n gap pendapatan dengan sektor jasa. ”Akumulasi problem sektoral itu tecermin dari naiknya angka ketimpanga­n yang tecermin dari rasio Gini. Dua puluh tahun pascarefor­masi, rasio Gini memburuk,” urainya.

Melihat kondisi tersebut, peme- rintah seharusnya tegas mengalokas­ikan anggaran yang lebih besar untuk perlindung­an sosial. ”Memang sudah ada BPJS, tapi tetap tidak cukup,” ucapnya.

Selain solusi menambah porsi belanja sosial, lanjut Bhima, pemerintah perlu memperkuat fondasi ekonomi melalui rangkaian program industrial­isasi nasional. Misalnya, sektor pertanian, industri, dan jasa seharusnya tidak saling meniadakan atau substitusi. Dalam konsep supply chain atau rantai pasokan (suplai), barang yang diolah di industri ialah barang pertanian, kemudian dijual lewat perdaganga­n sektor jasa. ”Di sini pentingnya perusahaan-perusahaan e-commerce melancarka­n jurus ekspor ke negara lain,” tuturnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia