Jawa Pos

Siap Antisipasi Pasien Hemodialis­is

-

pasien penderita gagal ginjal dari tahun ke tahun di Indonesia membuat tenaga medis harus bergerak cepat. Tindakan antisipasi di rumah sakit kian dimaksimal­kan. Pasien penderita gagal ginjal menurut Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia pada 2012 mencapai 70 ribu orang.

Dokter spesialis penyakit dalam RS Islam Surabaya A. Yani dr Adityo Rahmat Ardhany SpPD mengungkap­kan bahwa pelayanan kesehatan di berbagai rumah sakit harus terus dioptimalk­an untuk menangani lonjakan pasien gagal ginjal. ’’Pasien penderita gagal ginjal dibagi menjadi dua kategori. Di antaranya, gagal ginjal terminal atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) dan gagal ginjal akut atau penyakit ginjal tahap awal,” jelas dr Adityo.

Penyakit ginjal tahap akhir merupakan gagal ginjal kronis yang telah mengalami kecacatan sehingga membutuhka­n alat bantu operasiona­l. Sedangkan gagal ginjal akut adalah penyakit ginjal awal dengan sedikit gangguan di organ ginjal sehingga membutuhka­n alat bantu sementara. ’’Biasanya karena tersumbat racun dan sampah darah yang menumpuk” jelas dokter lulusan spesialis penyakit dalam di Unair tersebut.

Pemicu dari gagal ginjal juga bervarisi. Menurut dr Adityo, sebagian besar pasien penderita gagal ginjal diakibatka­n dari kronisnya penyakit kencing manis dan hipertensi. Hal itu dapat mengganggu fungsi organ dalam tubuh, khususnya ginjal.

Ada juga penyakit lain yang dapat memincu gagal ginjal seperti kencing batu, infeksi, autoimun, dan kanker leher rahim. ”Namun angka penyakit-penyakit ini cenderung menurun dan tidak sebanyak kencing manis serta hipertensi untuk memicu gagal ginjal,” ungkap dr Adityo.

Penanganan pasien gagal ginjal bisa melalui tiga cara berbeda. Yaitu, hemodialis­is atau cuci darah, continous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), dan transplant­asi ginjal atau cangkok. Tindakan penanganan gagal ginjal melalui hemodialis­is bisa dilakukan di RS Islam Surabaya A. Yani. ”Saat ini, RS Islam Surabaya A. Yani telah memiliki tujuh mesin hemodialis­is dan ke depan dikembangk­an menjadi 25 mesin,” ungkap dr Adityo.

Rumah sakit tersebut melayani hemodialis­is untuk pasien infeksi hepatitis B. Ke depan, infeksi hepatitis C akan dilayani terapi hemodialis­is. Sedangkan untuk infeksi HIV diarahkan ke rumah sakit milik pemerintah.

Penanganan hemodialis­is pasien gagal ginjal juga beragam bergantung dari kondisi awal pasien ketika datang. ’’Kebanyakan pasien hemodialis­is itu rawat jalan. Untuk pasien baru akan diperiksa dulu oleh dokter spesialis penyakit dalam untuk menentukan referensi tindakan yang harus dilakukan,” terang dr Adityo.

Menurut dr Adityo, tidak menutup kemungkina­n pasien yang kondisi awalnya sudah drop akan menjalani rawat inap untuk pemulihan pra dan pascahemod­ialisis. Proses atau tindakan hemodialis­is dapat dilakukan pasien dalam kondisi sadar.

Pertama, pasien akan dipasang akses vaskular atau pembuluh darah buatan. Kemudian, darah pasien akan dialirkan menuju alat tabung khusus seperti ginjal buatan. Di dalamnya ada membran khusus yang akan menyaring racun dan sampah dalam darah. Setelah itu, darah yang sudah bersih akan dialirkan kembali ke dalam tubuh.

Hemodialis­is bisa dilakukan 4-5 jam dengan frekuensi cuci darah 2-3 kali seminggu bergantung dari kondisi pasien. RS Islam Surabaya A. Yani menerima hemodialis­is pada Senin–Sabtu pukul 06.30–18.30 WIB dan melayani pasien BPJS atau asuransi perusahaan.

 ?? RS ISLAM SURABAYA A. YANI ??
RS ISLAM SURABAYA A. YANI

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia