Merapi Menuju Erupsi Magmatik
Diprediksi Tidak Sebesar 2010, Belum Ganggu Penerbangan
JOGJAKARTA – Gunung Merapi terus menunjukkan peningkatan aktivitas. Setelah beberapa hari mengalami letusan freatik, gunung paling aktif di Indonesia itu mengalami erupsi magmatik kemarin (24/5).
Erupsi pertama terjadi pukul 02.56. Erupsi kedua pada pukul 10.48. Selain terdengar suara gemuruh, pada erupsi pertama tampak pijar merah di puncak Merapi
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogjakarta Hanik Humaida menjelaskan, pijar merah yang tampak merupakan gas magma. Pijar tersebut berasal dari akumulasi gas yang ada di perut Merapi sehingga terdorong keluar.
”Merapi tengah dalam proses pengosongan dengan munculnya dorongan berupa gas magma,” kata Hanik kepada Jawa Pos Radar Jogja kemarin. ”Ini adalah sebuah awal erupsi magmatik,” lanjutnya.
Meski Merapi menuju letusan magmatik, Hanik meminta masyarakat tidak panik. Sebab, diprediksi erupsi kali ini tidak sebesar erupsi 2010. Letusan kali ini diprediksi mirip dengan letusan Merapi pada 2006. Juga, serupa lutusan Gunung Kelud pada 2007 dan Merapi 2002 yang menimbulkan kubah lava.
”Jangan dibayangkan magmatik seperti letusan 2010 ya, yang erupsinya besar,” tandasnya.
BPPTKG sejauh ini melihat sudah mulai ada deflasi atau pengempisan serta proses clearance (pengosongan) dari dalam perut bumi. Setelah kosong, kawah Merapi akan terisi dengan magma. Namun, magma tesebut nanti bentuknya seperti apa, BPPTKG belum bisa mengetahui secara pasti. Termasuk volume magma yang ada di dalam Merapi.
Letusan dini hari disertai pijar berdurasi 4 menit dengan ketinggian kolom asap 6 ribu meter. Suara gemuruh terdengar hingga pos pengamatan Gunung Merapi. Angin yang bertiup ke barat mengakibatkan wilayah Tegalrendu, Banyubiru, Muntilan, Mungkid, Menayu, Dukun, Kalibening, dan Salaman mengalami hujan abu disertai pasir.
Pascaerupsi kedua, Gubernur Jogja Sri Sultan Hamengku Buwono X sekitar pukul 12.30 mendatangi kantor BPPTKG. Di sana Sultan menyaksikan perkembangan aktivitas Merapi dari sejumlah monitor yang terdapat di ruang pemantauan. Di ruang monitoring tersebut, Sultan ditemani kepala BPPTKG serta Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Biwara Yuswantana.
Setelah mengunjungi BPPTKG, Sultan mengimbau warga untuk tetap tenang dan waspada. Sultan yakin, masyarakat Merapi sudah memiliki ketangguhan dalam menghadapi bencana. ”Kalau ada yang mengungsi, biar saja. Tingkat kekhawatiran kan bedabeda. Yang penting sudah difasilitasi,” katanya.
Menurut Sultan, warga Merapi sudah paham betul karakter dan siklus Merapi. Dengan demikian, langkah yang dilakukan untuk menyelamatkan barang berharga sudah dikuasai. ”Surat berharga tak pernah lepas dari kantong. Jadi, ketika ada erupsi, langsung mengungsi,” jelasnya.
Sementara itu, Biwara mengatakan siap mengalokasikan dana kebencanaan Rp 9,5 miliar. Sejauh ini, alokasi dana tersebut belum dimanfaatkan karena kedaruratan masih ditangani Pemkab Sleman. ”Kalau Sleman butuh bantuan, kita gelontorkan,” jelasnya.
BPBD kemarin mencatat masih ada 50-an warga yang mengungsi di wilayah Glagaharjo. Sebagian besar di antara mereka merupakan warga lanjut usia. Dikatakan, untuk logistik, BPBD DIJ sudah menyalurkan ke kantong pengungsian. ”Kami juga sudah kirim relawan,” jelasnya.
Penerbangan Tetap Normal Sementara itu, Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso mengingatkan seluruh stakeholder penerbangan Jogjakarta agar waspada. Terlebih, aktivitas erupsi masih kerap terjadi sejak rentang erupsi awal 11 Mei.
Pihaknya terus memantau data dari BPPTKG. Kolom abu dari ledakan kemarin adalah yang tertinggi karena mencapai 6.000 meter. Abu vulkanis dampak erupsi tercatat ke barat, bahkan mencapai Kebumen, Jawa Tengah.
”Acuannya Notice to Airmen (Notam) Nomor ASHTAM VAWR 5415 yang dikeluarkan AirNav Indonesia pada pukul 03.56 WIB. Sebaran abu vulkanis mulai dari permukaan hingga flight level 300, bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan 15 knot,” jelasnya.
Agus memastikan tidak ada rute penerbangan yang terdampak abu vulkanis. Hingga saat ini, rute utama maupun rute alternatif tetap beroperasi dengan normal. Begitu pula Bandara Adisutjipto, Jogjakarta, yang masih beroperasi normal.
”Meski demikian, semua stakeholder penerbangan, khususnya yang di Jogjakarta, saya instruksikan untuk meningkatkan kewaspadaan demi keselamatan penerbangan. Baik terhadap kejadian letusan pagi tadi atau letusan lanjutan yang mungkin bisa terjadi,” katanya.
Terkait kondisi penerbangan, Agus meminta semua stakeholder berkomunikasi intens. Terutama pengelola bandara, maskapai, dan AirNav Indonesia untuk terus memantau perkembangan faktual. Pertimbangannya, kolom abu vulkanis tergolong tinggi.