Padukan Bumbu Indonesia-Thailand, Andalkan Kecap dan Santan
17.804 Indonesian Social Kitchen, Obati Kangen Masakan Nusantara di Kiev, Ukraina
Belasan tahun melanglang menjadi chef di hotel berbintang, Eko Koesprananto akhirnya keluar dari zona nyaman. Berkongsi dengan koleganya, dia mendirikan restoran bercita rasa masakan Nusantara. Berikut laporan wartawan Jawa Pos APRIDIO ANANTA yang baru pulang dari Ukraina.
LAGU milik Isyana Sarasvati yang berjudul Tetap Dalam Jiwa sayup-sayup terdengar saat Jawa Pos menunggu pesanan nasi goreng di sebuah restoran di Kiev, Ukraina, pekan lalu (23/5). Tak seberapa lama, pesanan datang. Tanpa ba-bi-bu, langsung ambil sendok dan hap...
Benar, rasa nasi goreng yang disajikan dengan kerupuk langsung mengobati rindu akan makanan di kampung halaman.
”Kami tidak ingin setengah-setengah membawa nuansa Indonesia ke sini. Sembari menikmati masakan cita rasa Nusantara, bisa sekaligus mendengarkan musik Indonesia,” kata Eko Koesprananto, chef sekaligus co-owner restoran 17.804 Indonesian Social Kitchen.
Semua memang berbau Indonesia. Misalnya, desain interior restoran yang terletak di Jalan Velyka Vasylkivska itu. Mulai dinding bergambar batik hingga hiasan-hiasan dinding dan meja seperti wayang serta sepeda onthel. Pemilihan nama 17.804 juga terinspirasi jumlah pulau di Indonesia.
Selain nasi goreng, ada dua menu yang menjadi signature dish-nya. Yakni, mi goreng dan gado-gado. Di luar itu, tersedia pula menu lain. Antara lain, rendang, pepes ikan, soto ayam, laksa udang, sate ayam, udang bakar bumbu bali, tumis sapi, tuna dabu-dabu, dan ayam goreng di deretan main course.
Maksud Eko tidak setengah-setengah. Ternyata ada pula appetizer dan desserts seperti lumpia pisang serta bubur ketan hitam.
Harga menu itu pun cukup ramah kantong. Misalnya, nasi goreng yang dipatok 256 hryvnia Ukraina atau sekitar Rp 140 ribu. ”Makanan pedas bukan favorit orang Ukraina. Padahal, mayoritas main course masakan Indonesia pedas. Itulah yang membuat saya menyertakan opsi pedas atau tidak di menu saya,” jelas bapak dua anak itu.
Saat restoran tutup pukul 22.00, Jawa Pos
berkesempatan mengintip ke dapur 17.804. Sebab, kata Eko, saat jam operasi, kondisi ruang kerjanya bak kapal pecah yang sedang ikut perang. Tidak ada perabotan istimewa. Semua sama.
Pria 38 tahun tersebut lantas membocorkan sedikit rahasia. Menurut dia, hanya dua produk asli Indonesia yang digunakannya. Yakni, kecap dan santan. Dua item asli Indonesia itulah yang sejauh ini masuk Ukraina.
Untuk beras, sayur, dan bumbu-bumbu dapur, Eko memadukan produk Indonesia dan Thailand. Alasannya, keduanya memiliki cita rasa yang hampir sama.
Salah satunya kerupuk udang. Dia mengaku sudah mencoba semua varian kerupuk yang tersedia di negeri bekas pecahan Uni Soviet itu. Ternyata, kerupuk udang Thailand-lah yang paling mirip dengan Indonesia meski ada sedikit perbedaan di teksturnya.
”Saya tidak tahu masakan Indonesia. Namun, beberapa teman Indonesia saya menyarankan ke restoran ini dan rasanya sangat enak. Sangat cocok sebagai menu berbuka puasa,” ucap Ata, salah seorang muslim di Kiev yang datang ke 17.804 bersama temannya. Dia memesan pepes, nasi goreng, dan mi goreng.
Desain 17.804 terbilang unik. Restoran tersebut dibagi menjadi dua bagian. Saat masuk melalui pintu utama, lebih dulu tersaji pemandangan bar yang identik dengan menu khas Western. Ya, Eko memang berkolaborasi dengan warga setempat, Oleksiy Kykot, dalam mendirikan 17.804.
Menurut dia, warga non-Ukraina, terlebih Indonesia, sangat sulit untuk bisa langsung membuka usaha seorang diri. Oleksiy memiliki 70 persen saham, sedangkan Eko 30 persen. Kebetulan, latar belakang keduanya mirip.
Eko adalah eks chef di Grand Hyatt di beberapa kota di dunia, termasuk di Kiev, selama 15 tahun. Sementara itu, Oleksiy juga memiliki jam terbang tinggi di dunia food and beverages selama 10 tahun. Keduanya dipertemukan di Hyatt Kiev awal tahun lalu dan mulai menyusun rencana keluar dari zona nyaman, lantas membikin usaha sendiri. Itu terwujud bulan lalu.
Sejak memulai bisnis sendiri pada 16 April 2018, perkembangan 17.804 cukup pesat. Bahkan, sudah ada tawaran dari rekan Eko dan Oleksiy untuk membuka tiga cabang lain di tiga kota lain di Ukraina, yaitu Odessa, Lviv, dan Kharkiv. Bila sudah cukup mapan dengan 17.804 pertama itu, rencananya ada seasonal menu yang disesuaikan dengan empat musim di Eropa.
”Itu (buka cabang) masih kami matangkan. Kami ingin settle dulu dengan yang pertama ini,” timpal Dewi Melanie Patriani, istri Eko yang bertindak sebagai manajer.
Untuk menambah nuansa Indonesia, 17.804 juga memiliki empat pelayan asli Ukraina yang dituntut bisa berbahasa Indonesia. Setidaknya untuk memberikan salam, mengucapkan terima kasih, hingga menu spelling. Tentu saja dibarengi kemampuan berbahasa Inggris karena 17.804 tetaplah restoran internasional.
Ada satu lagi yang menjadi trade mark 17.804. Eko sebagai chef maupun Oleksiy sebagai owner tidak canggung mendatangi tamu untuk meminta pendapat mengenai menu sekaligus pelayanan mereka. Yang satu itu merupakan kebiasaan Eko sejak menjadi karyawan di Hyatt.
Nah, lokasi restoran yang dekat dengan venue final Liga Champions NSC Olimpiyskiy bak berkah bagi 17.804. Sebab, beberapa suporter kedua tim, terutama Liverpool, sempat mampir. Termasuk beberapa fans The Reds dari Indonesia.
Tidak berhenti di situ. Popularitas 17.804 di mata warga Kiev kian tinggi karena beberapa food blogger sempat me-review mereka yang diunggah di Facebook dan YouTube.
”Jujur, kami tidak tahu ada momen itu (final Liga Champions) ketika mendirikan 17.804 bulan lalu. Alhamdulillah, bila ini memang jalannya untuk mendapat rezeki,” ucap Eko yang merupakan lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti.