Sebagian Bahan dari Laboratorium
Bom Dibuat di Kampus Unri
JAKARTA – Peringatan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bahwa sejumlah kampus terpapar paham radikalisme harus mendapat perhatian serius. Penangkapan terduga teroris di dalam kampus Universitas Riau (Unri) Sabtu (2/6) oleh Densus 88 Antiteror menjadi bukti permasalahan itu
Bahkan, tidak hanya terpapar, di Unri bom malah dibuat di dalam kampus.
Dalam konferensi pers di Mabes Polri kemarin, disebutkan bahwa satu di antara tiga orang yang diamankan di Unri kini menjadi tersangka kasus terorisme. Dia adalah M. Nur Zamzam. Dua lainnya masih saksi. Bersama Nur Zamzam, juga diamankan tiga bom pipa, granat tangan rakitan, dan sejumlah bahan peledak.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divhumas Polri Brigjen Mohammad Iqbal menjelaskan, pengungkapan kegiatan terorisme di Unri menunjukkan fakta baru. Yakni, bom ditemukan di gelanggang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unri karena memang di sanalah lokasi perakitan dan pembuatan bom.
”Mereka memang memilih lingkungan kampus karena menurut dia aman. Yang kedua, dia gampang merakit karena ada beberapa serbuk yang diambil dari laboratorium,” ungkap Iqbal.
Polisi menyatakan, bahan peledak yang diamankan berjenis triacetone triperoxide (TATP). Itu sama dengan bahan peledak yang digunakan dalam rangkaian bom bunuh diri di Surabaya pada Mei lalu.
Sementara itu, Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto menambahkan, Nur Zamzam berencana menyerang gedung DPR RI dan DPRD. ”Namun, berhasil dicegah Densus 88 Antiteror,” ucapnya.
Zamzam diduga merakit sendiri bom tersebut. Dia mampu membuat bom mungkin karena belajar otodidak. Dalam olah TKP, juga ditemukan sejumlah buku yang memuat tata cara membuat bom dan ranjau. Sekaligus bertahan hidup di alam.
”Dia juga diduga melakukan penyebaran informasi tentang tata cara pembuatan bom melalui Telegram dan sebagainya. Ada sebuah grup di Telegram yang diikutinya,” papar Setyo.
Nur Zamzam diduga terkait dengan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), khususnya kelompok Batty Bagus Nugraha alias Kholid. Kholid tewas dalam penangkapan kelompok JAD di Bekasi bulan lalu. ”Dia juga mengakui, untuk penyerangan di Polda Riau, pelaku penyerangan memesan bom kepada Zamzam,” jelasnya.
Zamzam merupakan alumnus Unri. Setyo menjelaskan, sekarang dilakukan penelusuran kemungkinan adanya orang lain yang mengetahui perakitan bom yang dilakukan Zamzam.
Bahwa Zamzam adalah lulusan Unri, saksi mata penggerebekan Sahadatul Chandra, 20, membenarkannya. Saat polisi bersenjata lengkap melakukan penggerebekan, dia tengah berada di gelanggang mahasiswa.
Pengurus dinas pengabdian masyarakat yang menjabat di sekretariat FISIP itu mengatakan tak menduga terhadap salah seorang terduga teroris berinisial K yang ditangkap Detasemen Khusus 88.
”Kami tak menduga kalau dia terlibat. Karena dia orangnya baik kepada mahasiswa,” kata Candra kepada Riau Pos (Jawa Pos Group).
Sehari-hari Zamzam menyambung hidup dengan berjualan telur gulung kepada mahasiswa di sana. Selama bulan Ramadan, baik saat berbuka maupun sahur, dia selalu menjajakan dan menjual telur gulung kepada mahasiswa di Unri.
”Dia membuatnya di gerai mahasiswa. Kadang dalam satu hari dia belanja satu papan telur hingga dua papan,” paparnya.