Jawa Pos

Racik Teh Lokal Berkelas Premium

-

Salah satu kunci sukses Havelteh adalah resep racikan teh sendiri. Juga, keberanian duo owner-nya menutup bisnis kafe yang lebih dulu mereka rintis.

BISNIS Havelteh berawal dari kafe yang didirikan Widyoseno Estitoyo dan Ifana Azizah di Surabaya pada 2015. Konsepnya adalah rumah kopi dan teh. Namun, saat itu mereka sempat sulit mendapat supplier teh. ’’Akhirnya, kami coba-coba meracik teh sendiri,’’ tutur Seno, sapaan Widyoseno Estitoyo, co-founder sekaligus tea blender Havelteh.

Pada 2016, dia memberanik­an diri untuk menjual teh hasil racikannya tersebut. Ternyata respons konsumen terbilang bagus. Meski begitu, Seno belum terlalu fokus berjualan teh. Konsentras­inya terbagi dengan mengurus bisnis kafe.

Setahun berselang, Seno iseng mengikuti kompetisi food startup yang diadakan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf ). Teh racikannya didaftarka­n dan diberi nama Havelteh. Hasilnya benar-benar di luar perkiraan. Havelteh lolos ke final. ’’Dari situ, kami melihat bahwa potensi teh sangat besar untuk digarap,’’ ujar pria kelahiran 1987 tersebut.

Sejak saat itu pula, Seno dan Ifana Azizah mengambil langkah berani: menutup bisnis kafe. ’’Kami putuskan untuk lebih fokus berjualan teh dan menutup usaha kafe pada 2017,’’ katanya.

Bukan tanpa alasan mereka memilih menekuni bisnis teh. Usaha kopi sudah sangat menjamur. Gampang sekali menjumpai warung, kedai, atau kafe yang menjajakan menu utama kopi.

Di sisi lain, sebagai salah satu minuman khas, teh digemari masyarakat. Indonesia juga memiliki tanaman teh yang melimpah. Namun, belum banyak orang yang mengangkat bisnis teh. ’’Banyak orang yang kadang enggak bisa tahan minum kopi karena kafeinnya. Salah satunya adalah saya. Tetapi, kalau teh, hampir semua orang bisa meminumnya,’’ jelasnya.

Seluruh varian Havelteh mengangkat jenis teh asli Indonesia. Bahan-bahannya diperoleh dari wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali. ’’Indonesia sebagai salah satu produsen teh terbesar mempunyai speciality tea yang cukup berlimpah,’’ tutur Seno.

Salah satunya, teh putih dari Jawa Barat yang memiliki sentuhan manis layaknya madu meski tanpa gula. Ada juga teh hijau dari Bali dengan wangi jagung manis yang khas ataupun teh hitam dari Sumatera yang menyimpan profile kacang-kacangan saat diseruput hangat. Ke depan, Seno ingin lebih mengeksplo­rasi lagi teh yang ada di Indonesia. Khususnya Indonesia Timur. ’’Kalau diamati, sebenarnya belum banyak teh premium asli Indonesia. Kebanyakan teh dari luar yang beredar di tanah air untuk kategori premium. Makanya, kami ingin membuktika­n bahwa kualitas teh lokal juga enggak kalah dari impor,’’ tegas lulusan administra­si bisnis dari Hanze University of Applied Sciences di Belanda tersebut.

Ifana Azizah, co-founder marketing Havelteh, mengungkap­kan bahwa keunggulan Havelteh adalah benarbenar diracik dan di-blend sendiri. Tidak hanya meracik daun tehnya, tetapi juga di-blending dengan bahan-bahan nonteh.

Ada tiga jenis basic teh dari Havelteh. Yaitu, black tea, white tea, dan green tea. ’’Tapi, kalau bicara teh blending, kami sudah menghasilk­an lebih dari 20 varian kreasi dari tea blender, dalam hal ini Seno. Kami juga bisa meracik teh sesuai dengan permintaan

customer,’’ terang Nana.

Kalangan anak muda biasanya suka dengan varian buah dan bunga. Misalnya, lychee tea atau

white rose. Sebaliknya, konsumen yang berusia 30 tahun ke atas lebih suka teh varian rempah.

Havelteh membidik segmen

end customer, horeca (hotel, restaurant and cafe), serta profit company. Kemasan yang dijual untuk setiap segmen berbeda.

 ?? FRIZAL/JAWA POS ??
FRIZAL/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia