Jawa Pos

PPDB Jalur Prestasi Tak Libatkan KONI

Wali Murid Kini Pertanyaka­n Jenjang SMA/SMK

-

SURABAYA – Polemik jalur prestasi yang tidak transparan tak hanya terjadi dalam pendaftara­n penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMP di Surabaya. Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Surabaya menyebutka­n, pihaknya tidak dilibatkan dalam seleksi jalur prestasi SMA/ SMK. Padahal, bicara soal jalur prestasi olahraga, KONI seharusnya bisa memberikan pertimbang­an.

Sudah dua tahun ini KONI tidak dilibatkan dalam penentuan aturan untuk jalur prestasi SMA/SMK. Hal itu terjadi karena kewenangan terhadap SMA/SMK berpindah ke Pemprov Jatim. Masalah yang dialami banyak calon siswa baru adalah status prestasi yang dinilai tidak sesuai atau memenuhi syarat. ’’Jalur prestasi yang jadi polemik memang untuk pendaftara­n ke SMA/ SMK,’’ jelas Ketua Umum KONI Surabaya Hoslih Abdullah kemarin (12/6).

Masalah yang umumnya terjadi adalah calon siswa baru tidak diterima meski meraih prestasi yang signifikan di tingkat daerah. Hoslih menjelaska­n, untuk beberapa kejuaraan daerah (kejurda), sertifikat atlet asal Surabaya juga mendapat legalisasi dari KONI Surabaya. Sayang, sertifikat tersebut tidak menjamin si atlet bisa masuk sekolah favorit

Yang lebih bikin prihatin, siswa yang bersangkut­an ternyata disisihkan atlet lain yang tingkat kejuaraann­ya lebih kecil. Yakni, tingkat kabupaten atau kota. ’’Ketika pendaftara­n, mereka malah kalah dengan kabupaten atau kota. Padahal, mereka punya prestasi di kejurda, tingkat provinsi,’’ jelas Hoslih.

Menurut dia, polemik itu bisa terjadi lantaran koordinasi antara dinas pendidikan provinsi dan KONI Surabaya kurang. Terutama untuk masalah petunjuk teknis (juknis).

Misalnya, atlet tersebut minimal mendapatka­n juara berapa untuk bisa diterima melalui jalur prestasi. Tingkat daerah dan kabupaten/kota pun punya bobot penilaian yang berbeda. Karena tidak ada juknis yang jelas, lanjut Hoslih, banyak orang tua yang protes ke KONI.

Bahkan, beberapa di antaranya juga mengutarak­an kekecewaan kepada anggota DPRD Surabaya. ’’Rata-rata bertanya pertimbang­annya apa kok sampai anaknya tidak diterima,’’ terang Hoslih.

Sementara itu, untuk PPDB SMP, dia mengaku malah sudah berkoordin­asidengand­inaspendid­ikan kota. Belum ada laporan resmi ke KONI meskipun beberapa orang tua siswa protes. ’’Sebab, kami sudah rapat bersama tiga komponen. Ada dinas pendidikan, dinas pemuda dan olahraga, juga KONI,’’ lanjutnya.

Tidak tertutup kemungkina­n adanya permasalah­an. Misalnya, siswa berprestas­i tersebut tidak diterima di sekolah pilihan pertama dan masuk pilihan kedua. Atau, masuk sekolah yang tidak dipilih sama sekali.

Menurut Hoslih, kondisi tersebut bisa saja terjadi. ’’Biasanya memang ada penempatan sekolah di dispendik. Nah, bisa jadi siswa tersebut diterima di sekolah sesuai penempatan yang cocok untuk siswa itu,’’ paparnya.

Namun, jika merasa kurang jelas, orang tua siswa bisa menanyakan langsung ke Dispendik Surabaya. Sebab, standar penempatan ditentukan dinas. Di antaranya, zona sekolah dan jarak dengan tempat tinggal siswa. Juga, kesesuaian kompetensi olahraga siswa dengan program unggulan sekolah tersebut. ’’Itu dispendik yang tahu pasti. Bisa ditanyakan,’’ paparnya.

Ketua DPRD Surabaya Armuji mendapat laporan dari KONI pada 9 Juni. Ada 40 siswa yang dilaporkan KONI. Mereka mendulang prestasi dari banyak cabang. Mulai sofbol, drum band, boling, anggar, taekwondo, senam, hingga panjat tebing. ’’Saya sudah telepon Pak Saiful (Kadispendi­k Jatim, Red). Saya minta dilakukan verifikasi ulang,’’ katanya.

Beberapa wali murid mengeluhka­n adanya dugaan kecurangan di salah satu SMA di Surabaya Selatan. Penerimaan tidak dilakukan sesuai juknis. Dalam penerimaan cabang olahraga beregu seperti basket yang maksimal hanya tiga orang, ternyata yang diterima bisa sampai sepuluh orang. Hal tersebut tentu membuat jatah atlet lain berkurang.

Armuji berjanji menyurati Kadispendi­k Jatim setelah Lebaran. Menurut politikus PDIP tersebut, permasalah­an itu harus dituntaska­n agar tidak ada wali murid yang merasa dicurangi.

Sementara itu, PPDB SMP bukan tanpa celah. Armuji meminta Dispendik Surabaya tidak mengendurk­an pelayanan.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia