Berharap Diajak Kerja Sama oleh Pemkot
Aplikasi Matakota Antar Arek Suroboyo ke Silicon Valley
Upaya Gita Hanandika dan Erick Karya membuat aplikasi berbasis safe community system bernama Matakota mengantar mereka terbang ke Silicon Valley. Sebuah kawasan di AS yang menjadi tempat berkumpulnya raksasa teknologi dunia. GUNAWAN SUTANTO
SEJUMLAH orang tengah sibuk di depan laptop masing-masing. Ada yang memonitor aplikasi via browser. Ada yang mengerjakan video dengan aplikasi keluaran Adobe. Di ruangan lain yang terbuat dari kaca, dua orang asyik ngobrol. Mereka sedang siaran via video streaming. ”Itu yang di ruang kaca siaran untuk program Matakota Live,” terang Gita Hanandika saat ditemui di kantornya, Natex Studio, Gayungsari, pekan lalu.
Tak lama kemudian, G i t a mengenal kan Erick Karya. Nama aslinya Henry Karya Nugraha. Dua pria yang satu almamater itulah pembesut Matakota. Itu adalah aplikasi mobile untuk menciptakan kota yang nyaman dan aman dari tindak kejahatan lewat keterlibatan publik. Pada 16 Mei lalu, aplikasi tersebut berhasil meraih juara kompetisi Ytech. Sebuah ajang teknopreneur yang digagas Kedutaan Besar AS untuk Indonesia.
Atas capaian tersebut, Gita dan Erick mendapatkan sejumlah hadiah. Salah satunya berangkat menimba ilmu ke Silicon Valley pada September mendatang J
Hal itulah yang membuat mereka sedikit galau. Sebab, pada bulan yang sama, keduanya menghadapi lanjutan kompetisi Nexdev 2018. Kebetulan, Gita dan Erick pada April lalu juga berhasil membawa Matakota
lolos lima besar talent scouting
area Surabaya. ”Semoga waktunya tidak bentrok,” ucap Gita.
Sejumlah prestasi yang diraih
Matakota merupakan kerja keras Gita, Erick, dan tim Natex Studio selama setahun terakhir. Selama kurun waktu tersebut, tim itu tidak hanya sibuk mengoprek aplikasi. Tapi, mereka juga memperkenalkannya kepada masyarakat. Sebab, aplikasi tersebut membutuhkan peran aktif warga.
Gita mengatakan, pembuatan
Matakota berawal dari kegelisahan teman-temannya akan keamanan kota. Berita kejahatan jalanan yang terjadi setiap hari, menurut Gita cs, harus dicarikan solusi. Dalam pandangan mereka, masyarakat perlu dibuatkan saluran agar bisa memberikan kontribusi terhadap keamanan kotanya. Dengan begitu, persoalan keamanan bukan semata tugas kepolisian.
”Kita semua tahu perbandingan jumlah polisi dan masyarakat di Indonesia begitu jomplang. Tidak bisa hanya mengandalkan polisi, masyarakat harus didorong memberikan kontribusi,” terang pria kelahiran 15 April 1985 itu.
Awalnya, aplikasi itu hanya menekankan pada fungsi panic button. Sebuah tombol pertolongan cepat jika mengalami atau melihat kondisi genting. Dengan memanfaatkan teknologi global positioning system, Matakota akan mengirimkan notifikasi kepada orangorang di sekitar kejadian. Harapannya, orang-orang di sekitar bisa bergerak memberikan pertolongan. Seiring perjalanan, berbagai fitur ditambahkan di Matakota.
Di tengah perbincangan, Erick Karya mengambil ponsel yang tergeletak di meja kerjanya. Dia mendemokan aplikasi Matakota yang saat ini sudah diunduh sekitar 9 ribu user di Play Store. Di sana banyak menu yang bisa diakses masyarakat. Misalnya, Mata Now, Mata News, Mata Beacon, Mata Events, dan Mata Live.
Erick mengatakan, Matakotadibuat bukan sebagai report system. Tapi, semacam safe community system. Sebab, jika hanya menjadi report system, hal itu tak berbeda dengan grup-grupFacebook. Misalnya, grup informasi lalu lintas.
Lewat aplikasi itu, pengguna bisa melaporkan kejadian yang dialami atau dilihatnya. Laporan tersebut secara real time bisa memberikan notifikasi kepada pengguna lain yang dekat dengan lokasi kejadian. Erick mencontohkan, ada orang yang terjatuh di Jalan A. Yani. Lalu, ada orang yang melaporkan kejadian tersebut. Secara otomatis, pengguna Matakota lain yang berada di sekitar jalan itu akan mendapatkan notifikasi. Juga instansi lain terdekat yang telah bekerja sama. Misalnya, polisi dan penyedia ambulans.
Ironisnya, aplikasi itu justru belum punya kerja sama dengan Pemerintah Kota Surabaya. Padahal, aplikasi tersebut sudah dimanfaatkan beberapa instansi di Jawa Timur. Di antaranya, Polda Jatim, Polresta Probolinggo, Polres Kediri, dan Pemkab Probolinggo.
Bukan hanya itu, upaya tim
Matakota untuk beraudiensi dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini hingga kini belum terwujud. Padahal, mereka sudah tiga kali mengajukan permohonan audiensi lewat Kabag Humas M. Fikser.
”Tapi, kami tetap senang. Sebab, waktu menang (kompetisi YTech) kemarin Bu Risma (Tri Rismaharini) mengucapkan selamat lewat video yang direkam teman kami,” tutur Erick sembari menunjukkan video pendek berisi ucapan selamat dari Risma. Mereka masih berharap bisa bertemu orang nomor satu di Surabaya itu untuk menyampaikan mimpi-mimpi Matakota.
Dalam kompetisi YTech kemarin,
Matakota berhasil mengalahkan 206 start-up lainnya se-Indonesia. Selain memenangi kompetisi YTech, Matakota sebelumnya menjuarai kompetisi ID.Connect. Mereka mendapatkan uang cash
dan mentoring bisnis dari sejumlah CEO.