Komunitas Insinyur Tawarkan Jembatan Apung
Jangan Sampai Perahu Tambang Tersisih di Surabaya
SURABAYA – Perahu tambang masih menjadi transportasi andalan bagi sebagian warga Surabaya. Namun, keberadaannya sempat disorot setelah insiden tahun lalu. Enam orang tewas saat menyeberangi Kali Suroboyo. Ketika itu, perahu tambang yang mereka tumpangi terbalik. Belakangan ditemukan fakta bahwa seluruh pemilik transportasi sungai tersebut tak punya izin. Namun, Persatuan Insinyur Indonesia (PII) tak sepakat apabila perahu tambang diberangus.
PII sudah menyiapkan solusi agar keberadaan perahu tidak hilang. Setahun belakangan, mereka membangun perahu tambang untuk disumbangkan ke Surabaya.
Wakil Ketua Komite Pengembangan Cabang dan Wilayah PII Ali Yusa mengatakan, rencananya perahu itu diserahkan tahun ini. Dia sudah memaparkan rencana tersebut ke Wali Kota Tri Rismaharini. Wali kota pun menyetujuinya. ”Jangan matikan budaya masyarakat sungai. Sebab, dari dulu sebelum Belanda datang, sungai sudah jadi inland waterways (jalur pelayaran) andalan,” ujar pendiri jurusan perkapalan di Universitas Muhammadiyah Gresik tersebut.
Budaya masyarakat sungai yang ada sekarang masih terwakili oleh perahu tambang. Karena itu, Ali tak sepakat apabila pemerintah daerah berniat menertibkan perahu tambang tak berizin.
Agar tidak sekadar mengkritisi, Ali berniat menyumbangkan idenya melalui PII. Dia sedang membuat perahu tambang yang bakal ditempatkan di daerah Ngagel. Namun, perahu tersebut dimodifikasi.
Dia lantas menunjukkan video perahu rancangannya itu. Ada tiga perahu yang dibuat. Perahu tersebut berbentuk seperti simbol plus. Jika dirangkai, perahu-perahu itu bisa digunakan sebagai floating bridge (jembatan apung). Dia sengaja tidak menghilangkan kesan perahu tambang pada jembatan itu. ”Tidak ada yang dihilangkan. Masih ada sensasi goyang-goyang saat melintasi jembatan ini nanti,” kata alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tersebut.
Setiap perahu mampu menampung beban 20 ton. Cukup aman untuk dilewati mobil. Namun, Ali menerangkan bahwa jembatan yang dirinya sumbangkan nanti dikhususkan bagi pejalan kaki dan sepeda.
Total dana membuat perahu berbahan fiber itu hanya Rp 300 juta. Terbilang murah apabila dibandingkan dengan biaya pembangunan jembatan beton konvensional yang bisa memakan anggaran puluhan miliar rupiah.
Jika dibikin dengan anggaran cukup besar, bukan tidak mungkin jembatan apung itu bisa dilintasi mobil hingga truk. Ali menerangkan bahwa konsep jembatan apung sudah diterapkan di berbagai negara maju. ”Selain itu, tidak perlu mengurus izin yang sangat banyak seperti membangun jembatan biasa. Karena itu, izinnya harus ke kementerian pusat,” lanjutnya.
Lantas, bagaimana jika ada perahu yang melintas? Ali menjelaskan, jembatan apung tersebut bisa dibongkar pasang sehingga sangat ramah bagi aktivitas sungai.
Bahkan, jika mau, tiga perahu itu bisa dirangkai jadi panggung sungai. Pemkot bisa memanfaatkannya sebagai sarana wisata.