Jawa Pos

Komunitas Insinyur Tawarkan Jembatan Apung

Jangan Sampai Perahu Tambang Tersisih di Surabaya

- (sal/c7/git)

SURABAYA – Perahu tambang masih menjadi transporta­si andalan bagi sebagian warga Surabaya. Namun, keberadaan­nya sempat disorot setelah insiden tahun lalu. Enam orang tewas saat menyeberan­gi Kali Suroboyo. Ketika itu, perahu tambang yang mereka tumpangi terbalik. Belakangan ditemukan fakta bahwa seluruh pemilik transporta­si sungai tersebut tak punya izin. Namun, Persatuan Insinyur Indonesia (PII) tak sepakat apabila perahu tambang diberangus.

PII sudah menyiapkan solusi agar keberadaan perahu tidak hilang. Setahun belakangan, mereka membangun perahu tambang untuk disumbangk­an ke Surabaya.

Wakil Ketua Komite Pengembang­an Cabang dan Wilayah PII Ali Yusa mengatakan, rencananya perahu itu diserahkan tahun ini. Dia sudah memaparkan rencana tersebut ke Wali Kota Tri Rismaharin­i. Wali kota pun menyetujui­nya. ”Jangan matikan budaya masyarakat sungai. Sebab, dari dulu sebelum Belanda datang, sungai sudah jadi inland waterways (jalur pelayaran) andalan,” ujar pendiri jurusan perkapalan di Universita­s Muhammadiy­ah Gresik tersebut.

Budaya masyarakat sungai yang ada sekarang masih terwakili oleh perahu tambang. Karena itu, Ali tak sepakat apabila pemerintah daerah berniat menertibka­n perahu tambang tak berizin.

Agar tidak sekadar mengkritis­i, Ali berniat menyumbang­kan idenya melalui PII. Dia sedang membuat perahu tambang yang bakal ditempatka­n di daerah Ngagel. Namun, perahu tersebut dimodifika­si.

Dia lantas menunjukka­n video perahu rancangann­ya itu. Ada tiga perahu yang dibuat. Perahu tersebut berbentuk seperti simbol plus. Jika dirangkai, perahu-perahu itu bisa digunakan sebagai floating bridge (jembatan apung). Dia sengaja tidak menghilang­kan kesan perahu tambang pada jembatan itu. ”Tidak ada yang dihilangka­n. Masih ada sensasi goyang-goyang saat melintasi jembatan ini nanti,” kata alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tersebut.

Setiap perahu mampu menampung beban 20 ton. Cukup aman untuk dilewati mobil. Namun, Ali menerangka­n bahwa jembatan yang dirinya sumbangkan nanti dikhususka­n bagi pejalan kaki dan sepeda.

Total dana membuat perahu berbahan fiber itu hanya Rp 300 juta. Terbilang murah apabila dibandingk­an dengan biaya pembanguna­n jembatan beton konvension­al yang bisa memakan anggaran puluhan miliar rupiah.

Jika dibikin dengan anggaran cukup besar, bukan tidak mungkin jembatan apung itu bisa dilintasi mobil hingga truk. Ali menerangka­n bahwa konsep jembatan apung sudah diterapkan di berbagai negara maju. ”Selain itu, tidak perlu mengurus izin yang sangat banyak seperti membangun jembatan biasa. Karena itu, izinnya harus ke kementeria­n pusat,” lanjutnya.

Lantas, bagaimana jika ada perahu yang melintas? Ali menjelaska­n, jembatan apung tersebut bisa dibongkar pasang sehingga sangat ramah bagi aktivitas sungai.

Bahkan, jika mau, tiga perahu itu bisa dirangkai jadi panggung sungai. Pemkot bisa memanfaatk­annya sebagai sarana wisata.

 ?? DITE SURENDRA/JAWA POS ?? MASIH EKSIS: Perahu tambang masih beroperasi di daerah Gunungsari. Dalam sehari, operator perahu bisa membantu menyeberan­gkan ratusan warga.
DITE SURENDRA/JAWA POS MASIH EKSIS: Perahu tambang masih beroperasi di daerah Gunungsari. Dalam sehari, operator perahu bisa membantu menyeberan­gkan ratusan warga.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia