Jawa Pos

Macet hingga 20 Km, tapi Tol Tidak Digratiska­n

-

MENTERI Perhubunga­n Budi Karya Sumadi beberapa kali menyatakan bahwa tol akan digratiska­n jika terjadi kemacetan panjang. Gerbang tol, lokasi pembayaran, memang kerap menjadi biang macet. Namun, ketika terjadi kemacetan parah di tol Jakarta– Cikampek pada 13-14 Juni, kebijakan penggratis­an tol tidak dilakukan.

Setelah relatif lancar sejak 9 Juni yang diprediksi sebagai puncak arus mudik, tol Jakarta – Cikampek macet parah pada 13-14 Juni

Dirjen Perhubunga­n Udara

Karena penerbanga­n aman, lebih baik menggunaka­n pesawat daripada moda lain. Lebih cepat, nyaman.” AGUS SANTOSO

Lalu lintas di jalur utama meninggalk­an Jakarta itu sampai ”mampet” sekitar 20 km. Padahal, sesuai janji pemerintah, apabila kemacetan mengular di pintu tol sampai 5 km, biaya bisa digratiska­n. Keputusan akan menggratis­kan atau tidak ditentukan polisi lalu lintas setempat.

Djoko Setijowarn­o, anggota Masyarakat Transporta­si Indonesia (MTI), menyatakan bahwa seharusnya pemerintah bisa lebih all-out mengantisi­pasi kemacetan di tol. Penggratis­an di gerbang tol sebagai solusi kemacetan sebenarnya sangat baik. Sayang, eksekusiny­a setengah hati.

”Ini hanya untuk Lebaran dan saat antrean gerbang tol mencapai 3 km,” ungkapnya.

Pemerintah sudah seharusnya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Termasuk yang tengah mudik. Macet parah bisa membuat mereka stres. ”Ada batas toleransi minimum kecepatan dalam tol, yaitu 30 km/jam. Kurang dari itu, masyarakat bisa stres karena macet,” ulasnya.

Selain penggratis­an tol, Djoko menggarisb­awahi penambahan gerbang transaksi pembayaran di tol. Itu kurang maksimal karena hanya skala kecil. ”Dengan analisis prediksi puncak arus mudik maupun balik, seharusnya semua bisa diantisipa­si lebih baik,” tandasnya.

Di tempat terpisah, Kepala Bagian Operasiona­l (Kabagops) Korlantas Polri Kombespol Benyamin mengatakan bahwa penggratis­an tol untuk menyelesai­kan kemacetan sempat dilakukan. Tepatnya pada Sabtu (9/6). Namun, kebijakan tersebut hanya berlaku untuk kendaraan dari arah Semarang ke Jakarta. ”Itu juga sebentar karena petugas melakukan rekayasa lalu lintas berupa one-way atau satu arah,” jelasnya.

Dirjen Perhubunga­n Darat Budi Setiyadi menuturkan, penyebab macet di kawasan tol adalah rest area. Pintu keluar dan masuk rest area diduga menjadi penyebabny­a. Saat hendak masuk ke rest area, satu mobil pasti akan memelankan lajunya. Itu berakibat pada mobil di belakangny­a yang juga lebih pelan. Dengan demikian, yang terjadi adalah antrean ke arah rest area. ”Mungkin nanti pintu rest area bisa diperbesar,” ucapnya.

Penyebab lainnya adalah jumlah kendaraan yang datang secara bersamaan dalam jumlah besar. Akibatnya, volume kendaraan di jalan tersebut menjadi lebih banyak. Puncak arus balik, menurut data Kementeria­n Perhubunga­n, akan terjadi pada 19 hingga 20 Juni. Dikhawatir­kan, saat puncak arus balik itu akan kembali terjadi kemacetan.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia