Koalisi Bisa Rebut Bandara
AKHIRNYA Bandara Internasional Hudaida jatuh ke tangan pemerintah Yaman. Kemarin (16/6) pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi sukses mematahkan kekuatan militan Houthi di satu-satunya bandara yang terletak di Al Hudaida tersebut. Namun, perang Yaman tidak lantas berakhir. Demikian halnya krisis kemanusiaan di sana.
Melalui akun Twitter resminya, militer Yaman mendeklarasikan kabar kemenangan itu. ”Dengan dukungan pasukan koalisi, angkatan bersenjata Yaman telah membebaskan bandara internasional dari cengkeraman pemberontak Houthi.” Demikian bunyi keterangan tertulis militer Yaman. Dalam ofensif yang berlangsung sejak 3 Juni, pasukan Yaman bertugas menyerang Houthi dari darat.
Saat ini, menurut seorang petinggi militer Yaman, tim khusus sedang membersihkan bandara dan area sekitarnya dari ranjau dan bom. Militan Houthi yang menguasai Hudaida sejak akhir 2014 memang tidak pernah mau mengalah begitu saja. Konon, tiap kali posisinya terdesak dan mendekati kekalahan, mereka akan menebarkan ranjau dan bom di wilayah kekuasaan yang segera jatuh ke tangan musuh.
Versi lain menyebutkan bahwa pasukan koalisi belum sepenuhnya menguasai bandara. Sebab, bentrokan sengit masih berlangsung di salah satu fasilitas penting Yaman tersebut. ”Pertempuran belum berakhir. Kami masih akan melanjutkan misi untuk membebaskan Hudaida sepenuhnya dari tangan Houthi. Itu akan terwujud tidak lama lagi,” papar Sadek Dawad, jubir Garda Republik Yaman, kepada Associated Press.
Media pro-Houthi, Al Masirah, menayangkan gambar kerusakan kendaraan militer milik koalisi. Di antaranya truktruk militer yang terbakar dan mobil lapis baja yang hancur. Dari Sanaa, Houthi mengumumkan bahwa mereka belum kalah. ”Kemenangan bagi Islam,” seru milisi-milisi Houthi yang berada di ibu kota kemarin.
Kini, pasukan koalisi bergerak ke arah timur. Jubir militer Yaman yang merahasiakan identitasnya mengatakan, setelah bandara, jalan raya kilometer 16 menjadi target berikutnya.
LUKA-LUKA PERANG: Sorang warga Hudeida menjaga kerabatnya yang terluka akibat perang kelompok Houthi dengan pemerintah.