Gelombang Laut Capai 3,5 Meter
Kapal Perintis Dilarang Berlayar
SURABAYA – Cuaca buruk membuat kapal-kapal perintis yang berlayar dari Pelabuhan Tanjung Perak terpaksa parkir. Gelombang laut di wilayah lintas kapal ke pulau-pulau kecil itu diperkirakan mencapai 3,5 meter. Hal tersebut terjadi dalam dua hari ke depan. Penumpang yang ingin cepat kembali ke Surabaya dari Pulau Bawean, Masalembo, atau Sapeken harus waspada.
Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Fajar Setiawan menjelaskan, gelombang tinggi terjadi karena badai tropis Gaemi yang sedang melintasi wilayah Jepang. Badai yang muncul pada 15 Juni di Pulau Kaohsiung, Taiwan, tersebut terus mengumpulkan angin selatan khatulistiwa.
Nah, hal itu berdampak pada laut Jawa bagian timur. Kebetulan, wilayah perairan di utara Provinsi Jawa Timur tersebut merupakan kawasan terakhir angin yang bertiup lurus menuju barat laut. Setelah itu, angin dipengaruhi gaya gravitasi dan berbalik arah ke timur laut.
’’Karena angin terus berembus lurus dari Australia, efek ke gelombang sangat tinggi. Ditambah lagi, angin itu terjadi terus-menerus selama beberapa hari ini. Otomatis tinggi gelombang terus meninggi,’’ ungkapnya.
Sebenarnya kecepatan angin yang berembus sebagai dampak badai tropis Gaemi tak terlalu kencang. Hari ini (17/6) estimasi kecepatan maksimal angin di perairan sekitar Masalembo dan Bawean sekitar 28 knot atau 54 kilometer per jam. Namun, konsistensi angin yang lama itu membuat ombak makin bergejolak.
’’Efek gelombang tinggi kami perkirakan baru terjadi pada 17 Juni pukul 07.00. Namun, efeknya akan menurun seiring berpindahnya badai Gaemi ke arah timur laut. Mungkin dua atau tiga hari gelombang bakal di bawah 2,5 meter,’’ ujarnya.
Sementara itu, Perwira Jaga Syahbandar di Posko Lebaran Pelabuhan Tanjung Perak Hendra Wijayanto menjelaskan, gelombang setinggi 3,5 meter akan memengaruhi beberapa pelayaran. Yakni, pelayaran kapal-kapal perintis atau kapal kargo dengan berat di bawah 1.000 ton.
’’Kapal-kapal dengan skala besar seperti Gunu Dempo atau Labobar yang mengangkut ribuan penumpang tak terpengaruh. Asal, alat keselamatan dan kru kapalnya memenuhi standar. Namun, untuk sementara kapal perintis dilarang berlayar,’’ ungkapnya.
Hal tersebut dinilai tidak akan berdampak besar. Berdasar pengalaman, pemudik yang menikmati jalur-jalur perintis berbeda dengan pemudik kapal lainnya. Pada saat banyak perantau yang turun di Gapura Surya Nusantara, di jalur perintis justru banyak yang naik.
’’Biasanya mereka baru pulang lagi ke Surabaya dan sekitarnya setelah Lebaran Kupat, yakni seminggu setelah Idul Fitri. Kami melihat gelombang ini hanya bertahan selama beberapa hari,’’ ungkapnya.
Kepala Cabang Pelni Surabaya Presda Simangasing mengatakan, ada beberapa jadwal kapal perintis selama tiga hari ke depan. Yakni, Amukti Palapa yang berlayar pada 17 Juni pukul 13.00. Lalu, kapal Sabuk Nusantara 115 berlayar 18 Juni dan Sabuk Nusantara 56 berangkat pada 19 Juni. ’’Ini masih jadwal sementara, tapi sepertinya bakal diubah sesuai rekomendasi,’’ ungkapnya.