LIKU-LIKU PERANG YAMAN
Yaman Utara dan Yaman Selatan melebur jadi Yaman pada 1990. Kelompok separatis di Yaman Selatan memisahkan diri dari pemerintahan pro-unifikasi pada 1994. Kelompok Zaydi yang menempati ujung utara Yaman membentuk kelompok militan Houthi dan memerangi pemerintah Yaman yang loyal kepada Presiden Ali Abdullah Saleh. Arab Spring 2011 membelah militer Yaman menjadi kelompok pro-Saleh dan kelompok anti-Saleh. Publik menginginkan Saleh yang tiran dan korup mundur dari kursi presiden. Separatis di wilayah selatan menggunakan kesempatan untuk menyerang militer. Demikian juga militan Houthi di sisi utara. Setahun setelah Arab Spring, Saleh akhirnya bersedia mengundurkan diri. Tapi, dia tak mau meninggalkan Yaman.
Abd-Rabbu Mansour Hadi terpilih menjadi presiden pada 2012 dengan masa jabatan dua tahun. Dia memimpin pemerintahan transisi yang punya agenda membentuk pemerintahan baru. Tapi, dia gagal menghentikan perpecahan.
Akhir 2014 Houthi menguasai Sanaa setelah melancarkan serangan gabungan bersama pasukan yang loyal kepada Saleh. Hadi pun terpaksa berbagi kekuasaan dengan kubu Saleh. Awal 2015, Houthi menangkap dan kemudian menahan Hadi. Namun, Hadi berhasil bebas dan lari ke Aden. Dia mengendalikan pemerintahannya dari sana.
Pada 2015, Arab Saudi melibatkan diri dalam krisis Yaman dengan hadir sebagai beking Hadi. Setelah itu, negara-negara Arab yang lain bergabung dengan Saudi dalam pasukan koalisi. Saudi membawa Hadi ke Riyadh demi keselamatannya.
Militan Houthi dan kelompok pro-Saleh menguasai Sanaa dan Al Hudaida serta kawasan di sekitar Laut Merah. Koalisi Saudi menguasai Aden dan kawasan lain Yaman yang tidak mendukung Houthi. Desember 2017, Saleh meninggalkan Houthi dan tewas terbunuh saat berusaha kabur dari Sanaa. Para pendukung Saleh tetap berpihak pada Houthi. Pada 3 Juni 2018, koalisi melancarkan serangan besar-besaran dari udara dan laut untuk merebut Hudaida dari tangan Houthi.