Pesawat Komersial Sulit Hindari Balon Udara
JAKARTA – Sikap tegas pemerintah ditunggu untuk menertibkan balon udara yang diterbangkan secara serampangan. Keselamatan penerbangan dengan ratusan penumpang menjadi taruhan.
PT Angkasa Pura I mencatat ada 14 laporan gangguan balon udara sejak 14 Juni lalu. Laporan tersebut diterima dari pilot-pilot yang melintasi wilayah pengaturan ruang udara militer DIJ seperti Wonosari, Kebumen, Sleman, Solo, Kulonprogo, Purworejo, dan Cilacap
Ketinggian balon bervariasi, mulai 4.000 kaki sampai 25.000 kaki di atas permukaan laut.
Faik Fahmi, direktur utama PT Angkasa Pura I (Persero), menyatakan bahwa laporan-laporan tersebut menjadi perhatian serius pihaknya. ”Untuk itu, kami kembali menegaskan kepada masyarakat untuk tidak melepaskan balon udara dan/atau benda terbang lainnya tanpa izin di kawasan bandara,” ujarnya.
Ketua Umum Ikatan Pilot Indonesia Capt Rama Noya pernah dibuat deg-degan ketika sedang terbang menemui balon udara. Bagaimana tidak khawatir, pesawat yang dikendalikannya mempunyai kecepatan 900 km/jam. ”Tidak bisa manuver selincah pesawat tempur,” katanya saat dihubungi Jawa Pos kemarin (17/6).
Beruntung, dia melihat balon udara itu dari jarak jauh sehingga bisa menghindar. Jika tidak, mungkin ratusan orang sudah meregang nyawa. ”Jika sampai terkena balon, akibatnya fatal. Tidak mungkin sederhana,” ucapnya.
Rama sering sekali melihat balon udara di sekitar ruang udara Jogjakarta. Terutama jika pesawat masuk melalui Solo atau Cilacap. Masyarakat di Wonosobo memang memiliki tradisi menerbangkan balon udara setelah Lebaran. Balon yang tidak diikat tentu bisa dibawa angin hingga ke daerah yang cukup jauh.
Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso pun mengingatkan kembali kepada masyarakat untuk semakin bijak dalam melepaskan balon udara berukuran besar secara bebas ke angkasa. Sebab, balon tersebut berpotensi mengenai pesawat udara yang sedang terbang dan mengganggu keselamatan penerbangan.
”Kalau dilepaskan bebas, balon udara itu bisa terbang ke manamana karena tidak ada awaknya. Jadi, ia bisa saja mengenai pesawat yang sedang terbang bebas di atasnya. Sedangkan pilot tentu saja tidak akan tahu jika tiba-tiba ada balon dari bawah dan mengenai pesawatnya,” ujarnya kemarin.
Pada hari pertama Lebaran saja, pihaknya mendapat 71 laporan dari pilot yang melihat balon berukuran besar di area terbang. Laporan berasal dari sebagian Pulau Jawa dan Kalimantan.
Menurut Agus, dalam waktu dekat, pihaknya bekerja sama dengan AirNav akan mengadakan festival balon udara di beberapa daerah. Di antaranya, Wonosobo, Ponorogo, dan Pekalongan. Festival tersebut diadakan untuk memberi contoh bagaimana bermain balon udara dengan aman tanpa mengorbankan keselamatan orang lain.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pun sudah berkoordinasi dengan kepolisian dan TNI untuk sama-sama mengawasi balon udara. Menhub juga meminta AirNav melakukan pembinaan. ”Tidak langsung disalahkan,” katanya kemarin saat ditemui di kantor Kementerian Perhubungan.
Kepala AirNav Novie Riyanto menegaskan bahwa pemerintah tidak ingin menghapus tradisi masyarakat. Hanya, agar tidak mengganggu penerbangan, diberikan beberapa peraturan. Masyarakat pun diminta aktif memberitahukan kepada otoritas bandara setiap menemukan atau akan menerbangkan balon. ”Agar tidak mengganggu penerbangan, nanti kita terbitkan notam. Dengan begitu, pesawat tahu kalau jalurnya ada balon udara,” ucapnya.