Jawa Pos

Peluang di Tengah Minim Inklusi Keuangan

-

Banyaknya warga yang belum terjangkau bank merupakan tantangan sekaligus peluang pengembang­an layanan finansial. UangTeman.com ingin menjangkau pelaku usaha mikro lewat teknologi yang dikembangk­annya. Berikut perbincang­an wartawan Jawa Pos Agfi Sagittian dengan CEO UangTeman.com Aidil Zulkifli.

Sejauh ini, bagaimana pertumbuha­n UangTeman, baik dari sisi nasabah yang bergabung maupun transaksi yang disalurkan?

Sejak berdiri tahun 2015, kami berkembang bisa tiga kali lipat setiap tahunnya. Tahun 2015 itu kami menyalurka­n pinjaman kurang lebih Rp 10 miliar, lalu pada tahun 2016 kami salurkan Rp 30 miliar. Saat ini kami sudah menyalurka­n hampir USD 20 juta sejak berdiri pada April 2015. Setiap bulan itu bertumbuh 10 hingga 15 persen. Ini menunjukka­n bahwa masyarakat membutuhka­n pinjaman online yang mikro seperti yang ada di UangTeman.

Bagaimana skema bunga pinjaman yang ditawarkan UangTeman kepada nasabah?

Saat ini bunga pinjaman di UangTeman itu sistemnya mengikuti tahap pinjaman. Untuk pinjaman pertama itu adalah 1 persen per hari untuk nilai pinjaman Rp 1–3 juta. Tapi kalau track record nasabah itu baik, tidak ada kredit macet, dan repeat pinjaman ke kami, bunga itu akan turun ke 0,9 persen, 0,8 persen, dan 0,7 persen. Untuk nasabah yang track record

nya baik, kami juga bisa memberikan fasilitas pinjaman installmen­t atau cicilan. Namun, itu belum tersedia untuk nasabah umum.

Bagaimana komposisi pinjaman yang disalurkan di antara sektor produktif dan konsumtif?

Fokus kami sekitar 30 persen itu kepada produktif, contoh mitra ojek online. Atau pelaku usaha kuliner mikro yang berjualan nasi goreng di pinggir jalan. Jadi, untuk mikro bisnis yang membutuhka­n pinjaman untuk produktif. Lainnya sekitar 20 persen itu adalah pinjaman untuk medis dan kesehatan, sekitar 5 persen untuk edukasi, sisanya untuk konsumtif. Jadi, secara garis besar, penggunaan pinjaman di UangTeman itu sebenarnya untuk produktif dan untuk cost harian.

Bagaimana UangTeman menjaga kerahasiaa­n nasabah dan investorny­a?

Jadi, baru bulan kemarin UangTeman mendapatka­n sertifikas­i ISO 27001 yang terkait dengan kerahasiaa­n data sistem manajemen. Kami adalah B-to-B platform yang pertama di Indonesia untuk mendapatka­n sertifikas­i untuk sebuah perusahaan. Kompetitor kami mendapatka­n ISO, namun sekadar data center aja. Tapi, kami untuk seluruh perusahaan. Maksudnya, SOP kami tentang menjaga kerahasiaa­n data di sisi operation atau sisi collection bukan saja di IT dan bukan saja di penjaga kemanan database.

Apa perbedaan industri fintech di Indonesia dengan di luar negeri, khususnya seperti Singapura dan Malaysia?

Baik, saya memang asli Singapura. Saya ada banyak teman di Singapura yang menjalanka­n bisnis B-to-B lending di Singapura dan Malaysia. Seperti Singapura dan Malaysia itu, fokus B-to-B lending kepada SME lending. SME lending itu maksudnya menyasar segmen business lending. Fokusnya pada perusahaan yang membutuhka­n pinjaman, yang tidak mendapatka­n pinjaman bank. Jadi, itu adalah satu segmen yang paling berpeluang untuk fintech di sana.

Beda Malaysia-Singapura dengan Indonesia adalah segmen unbanked yang belum termasuk inklusi keuangan itu jauh lebih besar di Indonesia.

 ?? FOTO: MIFTAHULHA­YAT/JAWA POS, GRAFIS: BAGUS/JAWA POS ?? MUDA: CEO UangTeman.com Aidil Zulkifli di kantornya di Jakarta.
FOTO: MIFTAHULHA­YAT/JAWA POS, GRAFIS: BAGUS/JAWA POS MUDA: CEO UangTeman.com Aidil Zulkifli di kantornya di Jakarta.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia