Jawa Pos

Kenaikan Bunga Tak Perlu Agresif

-

JAKARTA – Suku bunga Bank Indonesia 7-day reverse repo rate (BI-7DRRR) kembali diekspekta­sikan naik setelah peningkata­n suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) pekan lalu. Tahun ini suku bunga The Fed telah meningkat dua kali sebanyak 50 basis poin. Ke depan, pasar memprediks­i The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sekali hingga dua kali.

Pasar pun menilai stabilitas moneter dalam negeri membutuhka­n respons lewat instrumen suku bunga kebijakan. ’’Melihat perubahan cuaca ekonomi di AS ke depan, memang ada perubahan-perubahan dalam pengelolaa­n suku bunga dalam negeri,’’ ujar Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Kartika Wirjoatmod­jo akhir pekan lalu.

Dia menilai, ada ekspektasi dari investor bahwa negara berkembang harus mengikuti perubahan suku bunga di negara maju. Namun, menurut pria yang kerap disapa Tiko tersebut, kalaupun akan menaikkan suku bunga, sebaiknya BI tidak perlu terlalu agresif. Dia melihat pasar saat ini cukup tenang. ’’Dengan elemen yang diberikan Pak Perry (Gubernur BI Perry Warjiyo, Red) dan strategi mengelola keseimbang­an kemarin, rasanya pasarnya sudah cukup. Mungkin belum ada keperluan mendesak,’’ katanya.

Di sisi lain, bank juga berharap ada permintaan pertumbuha­n kredit sehingga masyarakat masih butuh suku bunga bank yang terjangkau.

Ekonom Aviliani menuturkan, BI masih perlu menaikkan suku bunga acuannya. Setidaknya 25 basis poin. Upaya itu dibutuhkan untuk stabilitas nilai tukar. ’’Kalau nilai tukar rupiah stabil, dari sisi suku bunga bank masih ada persaingan. Persaingan antarbank, menurut saya, luar biasa. NIM (net interest margin) jauh makin tipis,’’ tuturnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah menyatakan bahwa LPS siap menaikkan suku bunga penjaminan jika likuiditas kembali mengetat.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia