Tidak Apa-Apa Menjadi Fanatik, tapi Fanatik yang Asyik ya…
ALHAMDULILLAH, sampai hari keempat Piala Dunia 2018, belum terdengar satu pun letusan kerusuhan antarsuporter di kota-kota penyelenggara. Sama sekali tidak ada. Sekecil apa pun.
Pemerintah Rusia sangat piawai dalam menjaga keamanan wilayahnya. Terlihat sangat efisien dan rapi. Ratusan petugas keamanan berpatroli di mana-mana. Banyak di antara mereka yang berjalan ke sana ke mari. Konsisten mondar-mandir atau naik kuda sambil menenteng senjata api. Tidak ada satu pun yang duduk-duduk, lalu cangkruk sambil nyeruput kopi #eh.
Area stadion menjadi pusat pengamanan. Namun, para polisi dan tentara juga sangat mudah ditemui di tempat keramaian yang merupakan lokasi utama berkumpulnya massa. Termasuk di kafe-kafe dan stasiun-stasiun kereta bawah tanah yang mengarah ke arena pertandingan.
Langkah pemerintah Rusia yang melarang fans garis keras untuk datang ke stadion selama Piala Dunia 2018 juga amat efektif untuk mencegah kerusuhan. Sebulan sebelum turnamen, Rusia mengumumkan bahwa pihaknya mengharamkan 456 anggota ultras dari berbagai negara untuk hadir di arena. Ada daftarnya dan mereka dipastikan sudah tercyduk sebelum melangkahkan kaki keluar bandara atau stasiun.
Salah seorang yang sepak terjangnya sangat diawasi adalah Artyom Koluzayev. Dia merupakan anggota berpengaruh kelompok Kollektiv 18 Ultra Gang, fans fanatik Zenit St Petersburg.
Pemerintah juga telah mem-blacklist nama-nama seperti Dmitry Anikin dan seorang pendukung Spartak Moscow yang paling ditakuti, Andrei Volkov. Penyelenggara Piala Dunia 2018 tak mau kerusuhan antara fans Rusia dan Inggris di Marseille pada Euro 2016 terulang.
Namun, sebetulnya, beban petugas keamanan Rusia lebih ringan karena suporter di Piala Dunia ini asyik- asyik. Fanatik sih iya. Mereka berteriak-teriak, bernyanyinyanyi, dan minum-minum. Pasti ada yang tipsy-tipsy dikit. Namun, terlihat tidak ada niat untuk rusuh.
Meski rivalitas Brasil dan Argentina sangat keras di lapangan hijau, tapi ketika berada di area yang sama, para suporternya hanya adu lantang dalam menyerukan yel-yel. Berbalas ledekan sebentar, tapi kemudian saling menyapa dan minum bersama. Keren!
Meskipun sistem keamanan sangat ketat, kesempatan untuk rusuh sejatinya juga banyak. Misalnya, saat berada di dalam kereta bawah tanah, ketika suporter dari berbagai negara berkumpul di dalam satu rangkaian. Namun, apa yang mereka lakukan? Paling banter ya nyanyi-nyanyi saja.
Pada laga perdana grup D antara Argentina melawan Islandia Sabtu malam (16/6), ribuan orang datang ke Otkritie Arena (lebih kondang dengan nama Spartak Stadium) tanpa memegang tiket. Tetapi, mereka juga santai saja. Tidak berupaya menggedor-gedor pintu stadion atau tergoda merusak loket penjualan tiket. Tak ada juga bobolan, hehe.
Usaha terakhir mereka untuk masuk stadion adalah berjalan mondar-mandir dengan memegang poster kecil bertulisan ’’I Need Tickets’’ di depan dada. Rata-rata mereka berkeliling sambil membisu.
Mayoritas lainnya memilih berpesta, memuaskan diri sendiri dengan bermain musik, bernyanyi, serta menari. Banyak juga fans Brasil yang datang untuk bersenangsenang. Padahal, rival mereka bertanding di tempat itu.
Bahkan, saya melihat ada sekelompok suporter Argentina yang menonton tayangan langsung pertandingan melalui layar smartphone tepat di depan pintu sebelah barat Spartak Stadium! Betul-betul pemandangan yang absurd.
Bagaimana tidak, hanya beberapa meter dari mereka berdiri, dari balik dinding itu, tim nasional Argentina sedang berusaha membongkar pertahanan ketat Islandia. Dengan jelas, mereka mendengar suara puluhan ribu suporter Argentina di dalam stadion yang berteriak kegirangan ketika Sergio Aguero mencetak gol. Mereka juga sama-sama mengeluh kecewa saat Lionel Messi gagal mengeksekusi penalti.
Hasil pertandingan memang cukup mengecewakan bagi fans Argentina. Saat pulang, mereka memang tidak seheboh ketika datang ke stadion sebelum pertandingan. Namun, mereka tidak mengekspresikan kekesalannya dengan cara yang merusak. Mereka tidak menyakiti diri sendiri, melukai orang lain, dan merugikan lingkungan.
Mereka suporter yang fanatik, tetapi mengekspresikan diri dengan cara yang asyik. Kalau ada niat besar, usaha keras, serta dukungan sistem yang bagus, fans sepak bola Indonesia harusnya bisa sekeren mereka. (ainur rohman)