Jawa Pos

Surabaya Perlu Punya BPBD

Antisipasi Terjadinya Gempa Bumi

-

SURABAYA – Penelitian terbaru mengingatk­an bahwa Surabaya rawan mengalami gempa. Patahan atau sesar Kendeng yang melintasi wilayah tengah kota dari timur terbukti terus bergerak 5 milimeter per tahun. Sewaktu-waktu gempa bisa terjadi seperti yang terjadi di Sumenep pada Rabu (13/6).

Mantan ketua panitia khusus Perda Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Bagio Fandi Sutadi menerangka­n, gempa Sumenep mematahkan mitos bahwa Madura aman dari gempa. Selain itu, dia mengingatk­an pemkot tentang rekomendas­i pansus April lalu. ’’Kami rekomendas­ikan Surabaya punya BPBD (badan penanggula­ngan bencana daerah, Red) sendiri,’’ kata mantan asisten I Pemkot Surabaya tersebut.

Namun, usul itu tidak diperhatik­an pemkot hingga kini. BPBD masih digabung dengan urusan perlindung­an masyarakat (linmas). Karena itu, OPD yang ada saat ini adalah BPB linmas

Pemkot bahkan berniat menggabung­kan BPB linmas dengan urusan badan kesatuan bangsa dan politik (bakesbangp­ol). Namun, pansus menolak.

Sutadi menerangka­n bahwa pemerintah pusat dan BPBD provinsi menyaranka­n agar kabupaten dan kota memiliki BPBD sendiri. Namun, pemkot menganggap hal tersebut tidak perlu. Alasannya, kekuatan yang ada dianggap sudah cukup. Selain itu, penghemata­n anggaran perlu dilakukan.

Sutadi beranggapa­n lain. Menurut dia, BPBD harus berdiri sendiri. Diperlukan bidang khusus yang menangani mitigasi bencana. Menurut dia, hal itu sudah dilakukan, tetapi dalam skala kecil. ’’BNPB (Badan Nasional Penanggula­ngan Bencana) memberi skor tinggi untuk risiko gempa di Surabaya. Jadi, mitigasi itu perlu. Jangan tunggu kejadian baru gerak,’’ ujarnya.

Dia kembali menerangka­n bahwa pansus OPD mempelajar­i potensi gempa di Surabaya dengan melibatkan pakar gempa ITS hingga BNPB. Salah satu fakta yang dilaporkan adalah kondisi tanah di sebagian wilayah Surabaya terpantau berlumpur. Kondisi lumpur tersebut membuat dampak gempa semakin tinggi. Guncangan yang dirasakan pun lebih besar ketimbang wilayah dengan kondisi tanah keras atau berbatu.

Ketua Kelompok Kajian Bencana Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo pernah meneliti kondisi tanah di tol Romokalisa­ri. Tanah di daerah itu berlumpur. Karena itu, tol tersebut terus diperbaiki karena tanahnya bergerak. Penelitian semacam itu perlu dilakukan di titik-titik lain untuk memperkuat data. ’’Makanya, kami kerja sama dengan pemkot untuk meminta data pengeboran dari berbagai titik,’’ jelas pakar geofisika tersebut.

Dari data pengeboran tersebut, kondisi tanah Surabaya diketahui. Data itu sedang dipelajari. Hasilnya keluar akhir tahun ini. Hasil penelitian tersebut akan berguna dalam strategi pembanguna­n kota.

Kepala BPB Linmas Surabaya Edi Kristijant­o menerangka­n bahwa potensi gempa memang menjadi perhatian pemkot. Dua bulan lalu tim dari ITS dan pemkot bertemu untuk membahas masalah itu. Edi menerangka­n, koordinasi juga dilakukan dengan pemilik gedung tinggi. Mereka diperingat­kan tentang konstruksi tahan gempa. Selain itu, penghuni gedung tinggi perlu diedukasi tentang evakuasi.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia