Jawa Pos

Sentra Kuliner Pegirian Dievaluasi

Pemkot Anggap Belum Optimal

-

SURABAYA – Perkembang­an Sentra Wisata Kuliner (SWK) Pegirian belum sesuai harapan. Sentra yang diharapkan mendukung wisatawan religi di Ampel itu ternyata banyak yang tutup meski saat siang.

Berdasar pantauan Jawa Pos, saat siang tidak banyak pedagang yang membuka lapak. Hanya beberapa pedagang minuman yang berjualan. Ada juga pedagang alas kaki. Namun, sebagian besar lapak lainnya tutup.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Surabaya Widodo Suryantoro menyatakan, SWK Pegirian sebenarnya memiliki banyak pengunjung. Hanya, pedagangny­a kurang tertib dan kurang tertata. ’’Banyak wisatawan ke Ampel, potensinya besar,’’ ujarnya.

Meski demikian, kondisinya cukup disayangka­n karena kurang hidup. Karena itu, sejumlah evaluasi dan penataan dilakukan. Setelah Lebaran, dia berencana menata kembali sentra tersebut. Bukan hanya SWK Pegirian, melainkan seluruh SWK di Surabaya. ’’Ada 43 SWK. Setelah Lebaran ini kita evaluasi,’’ tuturnya.

Evaluasi dilakukan untuk mencari upaya agar SWK bisa semakin optimal. Jika ada kendala, akan diperbaiki. Dia mengakui, tiap SWK mempunyai kondisi yang berbeda. ’’Bergantung lokasi, case-nya tidak sama. Yang Pegirian sebenarnya ramai, cuma kurang tertata,’’ ucapnya.

Pedagang, lanjut dia, cenderung membuka tutup lapak semaunya sendiri. Jadi, lapak sering tutup. Selain itu, ciri khas SWK di Pegirian belum terlihat. Hal itu berbeda dengan SWK di Taman Bungkul yang khas dengan menu rawon. Ada juga SWK Dharmahusa­da yang terkenal dengan menu sop kaki kambing.

Semula banyak pedagang kaki lima (PKL) yang masuk di SWK Pegirian. Barang daganganny­a bermacam-macam. Masuknya PKL ke SWK Pegirian sebenarnya menjaga ketertiban pedagang di Jalan Nyamplunga­n. Terutama agar mereka tidak menggelar lapak di pinggir jalan.

Sebelumnya, pedagang yang berminat membuka lapak di sentra kuliner tersebut sebenarnya cukup banyak. Setidaknya ada sekitar 1.380 pedagang. Seleksi dilakukan hingga menjadi 234 pedagang. Lalu, disaring menjadi sekitar 200 pedagang. Namun, pedagang yang membuka lapak tidak banyak.

Selain banyak yang tutup, masih ada PKL yang berjualan di pinggir jalan. Harapannya, SWK bisa lebih optimal. Salah satunya melakukan pengemasan menjadi lebih atraktif.

Berbagai upaya untuk menghidupk­an SWK di Surabaya sebenarnya sudah dilakukan. ’’Supaya kalau ke SWK ada yang dicari. Kita akan hidupkan lagi setelah Lebaran. Supaya omzet bisa meningkat,’’ jelasnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia