Jawa Pos

Basa-basi ala Indonesia

-

LAHIR dan besar di Singapura serta mengenyam pendidikan di sana. Namun, Aidil lebih memilih membangun start-up dan memberikan dampak pada masyarakat Indonesia. Lulusan S-1 Hukum National University of Singapore tersebut mengaku secara hati dan logika sudah memantapka­n bahwa Indonesia adalah tempat yang tepat bagi dia.

”Saya sudah pindah ke sini empat tahun. Saya pindah ke Indonesia karena saya sungguh tertarik peluang di Indonesia. Indonesia adalah negara besar. Kalau dibandingk­an, jumlah warga Indonesia 260 juta. Itu lebih besar daripada Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, bahkan jika digabung,” ujar pria berkacamat­a yang sangat ramah tersebut.

Ada banyak hal yang membuat Aidil suka pada Indonesia. Selain peluang bisnis, Aidil mengaku senang serta sangat menikmati adaptasiny­a dengan kultur dan cara warga indonesia berpikir.

”Mentality, cara kerjanya, itu beda daripada Singapura atau Malaysia. Jadi, itu adalah satu tantangan untuk beradaptas­i di sini. Satu hal yang menarik dan selalu saya ingat adalah bagaimana dalam hubungan itu lebih penting basa-basi daripada langsung bicara bisnis,” ujar Aidil, lantas tertawa.

Menurut dia, kebiasaan basa-basi merupakan tantangan untuk beradaptas­i dengan orang Indonesia. Sebab, dia mengakui bahwa kultur orang Singapura adalah ”kiasu” yang artinya selalu tergesa-gesa dan sangat kompetitif. ”Orang Singapura maunya cepat-cepat, tidak sabar. Jadi, satu pelajaran yang saya dapatkan secara pribadi adalah kami nggak bisa kiasu di Indonesia,” tambah Aidil.

Dia menyebutka­n, secara pemikiran komersial, Indonesia adalah tempat yang sangat tepat untuk mendirikan bisnis konsumer. ”Itu secara logika. Tapi, secara hati, Indonesia adalah negeri yang menurut saya paling indah, ada gunung ada pantai. Jadi, ada banyak peluang berwisata juga lah di sini,” tambah Aidil yang tahun ini berusia 33 tahun.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia