Konsumsi Solar Terus Turun
JAKARTA – Harapan realisasi konsumsi solar dalam batas normal masih terjaga. Konsumsi solar bersubsidi selama periode Januari–Mei 2018 mencapai 5,85 juta kiloliter. Lebih rendah daripada alokasi dalam APBN 2018.
Pemerintah menetapkan alokasi subsidi solar dalam APBN 2018 sebesar 15,6 juta KL setahun atau rata-rata konsumsi solar sekitar 6,5 juta kl untuk lima bulan. Dengan demikian, konsumsi solar hingga Mei masih 10 persen di bawah penetapan alokasi APBN 2018.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengharapkan, realisasi solar pada 2018 ini normal dan tetap tidak melebihi alokasi. ”Realisasi solar pada 2017 lalu sebesar 14,51 juta kl. Juga lebih rendah daripada alokasinya yang sebesar 15,5 juta kl,” ujarnya kemarin (19/6).
Rata-rata realisasi konsumsi solar bersubsidi pada 2017 mencapai 1,2 juta kl per bulan atau 6,05 juta kl untuk lima bulan. Dengan demikian, realisasi konsumsi solar pada Januari–Mei saat ini pun masih lebih rendah bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 6,05 juta kl.
Salah satu penyebab penurunan penggunaan solar bersubisidi adalah adanya konversi penggunaan solar ke LPG oleh nelayan. Agung menyatakan, realisasi tersebut memang belum memperhitungkan konsumsi pada periode Lebaran yang trennya meningkat.
”Pemerintah terus menjamin pasokan BBM bersubsidi, termasuk solar, tetap tersedia di seluruh penjuru tanah air. Termasuk saat periode Idul Fitri,” ujarnya.
Meski demikian, PT Pertamina (persero) mencatat, hingga H-1 Lebaran, konsumsi BBM jenis gas oil terus menurun seiring dengan mulai tidak beroperasinya kendaraan industri. Konsumsi solar pun menurun 45 persen.
Di sisi lain, permintaan terhadap pertamax dan pertamax turbo terus melonjak. BBM jenis gasoline, yakni premium, pertamax, maupun pertamax turbo, meningkat 15 persen atau sebesar 104 juta liter daripada kondisi normal.