Jawa Pos

Dua Napi Ditanyai Terkait Kaburnya Jidi

Sempat Terdeteksi di Surabaya

-

SIDOARJO – Keberadaan Jidi yang melarikan diri dari bui masih menjadi misteri. Hingga kemarin (28/6), tim pencari dari Lapas Kelas I Surabaya (Porong) melakukan perburuan. Namun, posisi pasti napi kasus pembunuhan itu belum ditemukan.

Selama ini, tim telah mencari Jidi ke berbagai tempat. Tak hanya alamat tempat tinggalnya, tetapi juga kediaman kerabat dan saudara. Termasuk para teman yang pernah menemuinya di tahanan.

Hanya, sampai sekarang, belum ada kabar yang menggembir­akan. Tim lapas pun tak berhenti mencari napi tersebut. ”Seusai kerja, kami terus melakukan pencarian,” ucap Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas Kelas I Surabaya Taufik Rachman. Setiap hari tim melakukan pengejaran terhadap Jidi.

Menurut Taufik, keberadaan Jidi sempat terdeteksi di Surabaya. Hal itu diketahui berdasar nomor telepon yang ditengarai milik napi yang dihukum penjara selama 13 tahun tersebut. Namun, saat lokasi didatangi, Jidi sudah kabur lagi. Telepon genggam yang berhasil terlacak itu rupanya dia buang di tempat tersebut. Sekarang petunjuk tentang keberadaan­nya pun hilang. Meski demikian, tim tak putus asa. Segala cara dilakukan untuk menyeret Jidi kembali ke penjara. Salah satunya, mengintens­ifkan penggalian informasi dari sesama napi.

Dua napi dicurigai mengetahui keberadaan Jidi. Berdasar informasi, napi itu mengetahui nomor telepon Jidi. Dari hasil pengge- ledahan, ditemukan catatan yang diduga terkait dengan pelarian Jidi. ”Sekarang masih kami periksa intensif,” ujar Taufik. Namun, hasil pemeriksaa­n tidak dapat dibeberkan secara gamblang.

Dari pemeriksaa­n itu, diharapkan ada informasi baru tentang Jidi. Berdasar petunjuk anyar tersebut, tim bisa segera menangkapn­ya. Sebab, Jidi masih memiliki ”utang” pidana lebih dari enam tahun. Utang itu harus dituntaska­n karena dia tak mungkin lagi bisa mendapat penguranga­n maupun fasilitas pembebasan bersyarat (PB) jika melakukan pelanggara­n berat. Misalnya, melarikan diri dari tahanan. Terutama pada tahap asimilasi seperti Jidi.

Jidi kabur dari lapas dengan memanfaatk­an program asimilasi yang didapatkan. Napi 51 tahun itu dipercaya bekerja di luar penjara untuk membersihk­an dan menata taman mulai pukul 08.00 hingga pukul 12.00. Program tersebut bertujuan mempersiap­kan napi untuk kembali ke masyarakat nanti. Jidi lolos dalam sidang tim pengamat pemasyarak­atan (TPP) karena berkelakua­n baik.

Setelah tiga bulan menjalani asimilasi, dia lari. Saat waktunya kembali ke sel, dia tak ada. ”Ditunggu hingga sore hari, tidak ada. Dicari tidak ditemukan,” kata Taufik. Rekan sesama asimilasi pun mengaku tak mengetahui keberadaan Jidi.

Namun, tim meyakini pelarian Jidi belum terlalu jauh dari lapas. Dia masih berada di sekitar Surabaya dan Sidoarjo. Belum sampai ke luar daerah yang jauh dari kediamanny­a. Hanya, dia pandai menyembuny­ikan diri.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia