Bersatu Lawan Larangan Uni Eropa
BOGOR – Pelarangan produk crude palm oil (CPO) oleh Uni Eropa menjadi tema utama bahasan pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Kedua negara bersepakat untuk melawan kebijakan diskriminasi tersebut.
”Kita perlu bersama-sama melawan,” kata Mahathir dalam konferensi pers bersama seusai pertemuan di Istana Bogor kemarin (29/6).
Mahathir menambahkan, larangan komoditas kelapa sawit untuk masuk Eropa adalah masalah serius. Sebab, Malaysia maupun Indonesia merupakan penghasil minyak sawit terbesar di dunia.
Argumen Eropa bahwa pelarangan produk CPO terkait dengan alasan kelestarian alam tidak sepenuhnya bisa diterima. Menurut dia, perluasan lahan dilakukan untuk menambah hasil dan kesejahteraan masyarakat. Namun, keseimbangan hutan tetap dijaga.
Sebaliknya, PM tertua di dunia itu balik menyerang Eropa. ”Kita semua ingat bahwa di Eropa, negara mereka juga dahulu dilitupi (tertutup, Red) hutan, tapi mereka sudah tebang hampir semua hutan mereka,” kecamnya.
Dia justru menduga, isu lingkungan hanya dijadikan alasan. Penyebab utamanya adalah persaingan bisnis.
Selain isu kelapa sawit, pertemuan kedua pemimpin negara serumpun itu membahas fasilitas pendidikan bagi anak tenaga kerja Indonesia di Malaysia. Mahathir mengakui, sarana pendidikan bagi anak TKI belum maksimal. Khususnya di wilayah Sabah dan Sarawak.
Karena itu, pihaknya memiliki komitmen untuk melakukan pembenahan. ”Ini akan kita betulkan,” tuturnya. Hanya, dia tidak menjelaskan secara detail bagaimana teknis pembenahannya.
Berbeda dengan Mahathir, Jokowi relatif tidak banyak memberikan pernyataan. Dia hanya menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia menitipkan perlindungan bagi TKI di Malaysia dan pendidikan bagi anak-anaknya.
Selebihnya, Jokowi hanya menyebutkan isu-isu yang dibahas tanpa menjelaskan secara lebih detail. ”Intinya, kita memiliki komitmen yang sama mengenai good governance, pemberantasan korupsi, isu pentingnya konektivitas, dan penyelesaian yang berkaitan dengan perbatasan,” ujarnya.