Cuaca Terik, Tangkapan Nelayan Berkurang
SURABAYA – Beberapa hari terakhir cuaca Surabaya cukup terik. Panas matahari terasa menyengat. Terutama ketika tengah hari. Prakirawan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tanjung Perak Ady Hermanto menyatakan, Surabaya sudah memasuki musim kemarau. Tidak heran jika panas cukup menyengat. Kondisi itu dirasakan sejak minggu ketiga Mei.
Diamengakui,selamamusimkemarauanomali cuacabisasajaterjadi.Terutamaturunnyahujan saat kemarau. Hal itu disebabkan adanya gangguanatmosferberupavortexataupusaran daerahbertekananrendahdiwilayahKalimantan. ’’Ini berimbas terjadinya hujan di beberapa wilayah Jatim, terutama di wilayah Laut Jawa bagian timur,’ katanya.
Musim kemarau, tambah dia, diprediksi berlangsung hingga awal November. Saat ini suhu udara saat siang sekitar 29–34 derajat Celsius. Adapun suhu udara ketika malam mencapai 25–28 derajat Celsius.
Kemarau bisa berdampak pada beberapa hal. Bagi masyarakat di wilayah perkotaan, musim kemarau bisa saja berpengaruh pada ketersediaan air tanah. Bagi masyarakat nelayan, panas terik berdampak pada hasil tangkapan. ’’Saat melaut, nelayan umumnya melihat kondisi arah dan kecepatan angin. Karena arah dan kecepatan angin berdampak pada ketinggian gelombang,’’ jelasnya.
Kondisi itu diakui H Nasir. Saat ini cuaca di kawasan Pantai Kenjeran memang cukup terik. Nelayan asal Tambak Wedi Lama itu menyebut cuaca panas membuat hasil tangkapan berkurang. Sebab, ikan-ikan memilih berada di kedalaman air dan bersembunyi.