75 Perahu Layar Adu Cepat di Selat Bali
Melihat Cara Nelayan Banyuwangi dan Bali Bergembira
Warga Banyuwangi mengerti benar laut dan pantainya yang indah bisa mendatangkan wisatawan. Mereka pun menjadikannya sebagai ajang lomba perahu layar. Misalnya, yang dilakukan para nelayan Banyuwangi dan Bali di Pantai Waru Doyong ini.
RIUH suara manusia tampak ramai di Pantai Waru Doyong, Kelurahan Bulusan, Kalipuro, kemarin pagi (1/7). Hari itu Kelompok Masyarakat Selat Bali kembali menggelar lomba perahu layar. Sekitar 75 perahu layar dari para nelayan Banyuwangi dan Bali beradu cepat untuk memenangi lomba.
Angin dan cuaca cerah yang menaungi Pantai Waru Doyong membuat jalannya kompetisi semakin meriah. Bukan hanya nelayan senior, nelayan-nelayan muda berusia belasan tahun juga tampak bersemangat mengumpulkan angin untuk mendorong perahu layar mereka. Perahu dengan layar warna-warni pun melesat cepat menuju Gilimanuk sebelum kembali lagi ke Waru Doyong.
Ketua Pokmas Nelayan Selat Bali Sujarno, 51, menyatakan, tahun ini jumlah peserta jauh lebih banyak daripada tahun lalu. Tercatat, ada 75 perahu layar yang ikut berkompetisi pada tahun ini. Padahal, tahun lalu hanya 64 perahu layar yang mengikuti lomba.
’’Tahun ini ramai, kami sampai kewalahan. Tadi kami buat seleksi di babak penyisihan untuk mempercepat,’’ jelasnya.
Sujarno menambahkan, untuk memenangi lomba, pemilik perahu layar harus menjadi yang tercepat. Mereka juga harus melalui tahap penyisihan, kemudian semi final, hingga final. Di babak final sendiri, ada sekitar 30 perahu yang berkompetisi. Mereka harus memacu perahu layar dari Pantai Waru Doyong menuju Gilimanuk, lalu kembali lagi ke Waru Doyong.
’’Satu perahu isinya dua orang. Seorang mengarahkan layar, yang seorang mengatur arah perahu. Cukup berat bagi yang tidak pernah ikut. Tapi, mereka semua rata-rata sudah berlatih beberapa bulan sebelumnya,’’ imbuhnya. Sunarjo sendiri berharap kompetisi itu tetap ramai. Sebab, bagaimanapun juga, lomba tersebut juga menunjukkan bahwa budaya nelayan di Selat Bali masih berjalan dengan baik.
Karena itu, dalam setahun, Sunarjo kerap menggelar lomba semacam itu. Bukan hanya setelah hari raya, tapi di momen seperti hari Kemerdekaan R I, ulang tahun Kecamatan Kalipuro, dan petik laut. ’Ini sebenarnya halal bi halalnya yang kami cari. Hadiah nya juga kami beri dari hasil pendaftaran sama piagam. Yang penting, rukun nelayan dari Bali dan Banyuwangi,’ tegasnya.
Sementara itu, Gran –salah seorang peserta asal Bali– mengaku sudah lebih dari enam bulan melatih kemampuanya mengendalikan perahu layar. ’’Berat kalau harus beradu. Harus kuat mengatur layar, tapi tadi anginya bagus,’’ ungkapnya setelah bertanding.